Subscribe:

Ibu...Ceritakan Aku Ikhwan Sejati

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati...

Sang Ibu tersenyum dan menjawab... Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya....

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah... � Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca...

....setelah itu, ia kembali bertanya...

" Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?"

Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... "Pelajari tentang dia..." ia pun mengambil buku itu

"MUHAMMAD", judul buku yang tertulis di buku itu

Wanita Yang Solehah

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.

MULIALAH wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan an melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di syurga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". (HR. Muslim).

Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahawa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyuman. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.

Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya mahupun orang lain.

Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.

Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, "Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya."

Peranan wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahua'lam.***

---------------
Sumber: MQ Media On Line - Kolom AaGym - Taushiah

Kekasih Sejati

Manusia, makhluk Tuhan termulia di muka bumi ini, diciptakan dari sepasang insan yang saling Cinta. Lahir dengan tangis yang menandakan bahwa hidup penuh dengan perjuangan, banyak onak dan duri...

Pernahkah kita sadari kehidupan ini merupakan anugerah yang terbesar yang Allah berikan kepada kita ?. Bisa kuliah, bekerja, dan berkumpul dengan teman-teman, berbagi cerita, tawa dan canda serta derita yang mewarnai kehidupan ini ...

Pernahkah kita bertanya, untuk apa kita hidup di muka bumi ini ? ...pernahkah kita merasa punya arti dan berarti bagi orang lain, merasa dibutuhkan, setidak-tidaknya bagi orang-orang yang dekat dalam kehidupan kita ?

Pernahkah kita sadari, kita bisa bertahan hidup sampai detik ini tak lain karena Cinta, Cinta dari Allah Swt. Kita akan lebih sadar jika jauh dari orangtua. Manakala orang-orang yang kita cintai meninggalkan kita. Manakala kita sunyi tak berteman. Manakala kita merasa hampa dalam kehidupan. Tak satupun yang abadi kecuali Cinta Allah pada kita, hamba-hamba_Nya. Tidakkah kita rindu untuk selalu berada di dekat_Nya ?

(Rasulullah Saw, beliau selalu rindu untuk bertemu Allah Swt, mendengar suara Azan yang di "Senandung'kan Bilal. "Shalat, adalah kesenangan hidupku". Kata Beliau (Hamba terkasih Allah Swt).

Sekarang wahai saudaraku, hamba-hamba yang dianugerahi iman dan Islam. Siapkan hari-harimu, isi dengan hal-hal yang berguna dan bermanfaat baik bagi temanmu, masyarakat luas, bangsa dan negara. Apalagi semata-mata hanya untuk mencari Ridha Allah Swt, semua itu sebagai tanda Cinta dan rasa syukur kita, yang telah diberikan_Nya anugerah yang begitu banyak.

Waktu semakin cepat, apabila kita tidak memanfaatkannya dengan hal-hal yang berguna, kita akan tergilas masa !!!. Berjanjilah untuk jadi yang lebih baik dari sekarang. Dan terbaik di hadapan_Nya.

Karena Cintamu, tidakkah seseorang itu senantiasa ingin tampak baik saat bertemu kekasihnya ???!!!. Jadikan Allah ?Kekasih Sejati? dalam hidupmu.

__________________________
-----Original Message-----
From: Emilia F. Handini [efh_02@hotmail.com]

Bila Aku Jatuh Cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

Hakikat cinta.

Cinta adalah bahagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita kerana cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam: "Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan iaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta kerana Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cubaan buat kita iaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita mahupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati kerana seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka. (imm)

-------------------------------------------------------
Rubrik ini merupakan hasil kerjasama detikcom dengan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Acara "Telaga Rasul" ditayangkan setiap hari selama Ramadhan oleh stasiun televisi RCTI pada pukul 04.00 WIB-04.30 WIB.

Hakikat Islam

Oleh Ustaz Zainuddin Hashim


Perkataan Islam berasal daripada perkataan Arab (aslama, yuslimu, islaman) yang bermaksud tunduk, patuh dan ia juga bermaksud selamat, sejahtera serta damai.
Nama Islam itu sendiri adalah diberi oleh Allah, Tuhan sekalian alam. Agama Islam adalah agama yang mentauhidkan Allah dan telah lama wujud bermula dengan Nabi Adam a.s. sehingga Nabi terakhir Nabi Muhammad s.a.w.
Cuma yang membezakan (antara nabi-nabi) adalah dari segi syariat. Islam dari segi istilah Islam adalah cara hidup. Cara bagaimana manusia perlu mengatur hidup mereka di atas dunia.
Ia adalah agama wahyu yang diperturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad s.a.w. melalui malaikat Jibril a.s. Ia juga bermaksud apabila manusia di bumi ini menerima Islam dalam segenap aspek kehidupan mereka, maka Allah SWT tidak rasa ragu-ragu untuk memberi keselamatan kepada mereka, kerana Dialah sahaja yang Maha memberi keselamatan dan boleh menarik semula keselamatan itu apabila manusia sudah semakin ingkar kepada arahan dan larangan-Nya.
Islam adalah cara hidup Islam yang sifatnya sempurna kerana ia adalah agama Allah Yang Maha Sempurna, adalah satu cara sistem hidup manusia yang berpaksikan kebenaran. Kesempurnaan sistem hidup ini merangkumi aspek pendidikan dan pembelajaran, kekeluargaan, kemasyarakatan, politik, ekonomi, ketenteraan dan sebagainya.
Sesungguhnya cara hidup yang dianjurkan oleh Islam adalah yang terbaik dan terindah yang tiada tolok bandingnya dengan ajaran-ajaran agama lain. Semasa zaman jahiliyah dahulu, kita dapati masyarakat hidup tanpa nilai-nilai murni, tiada kesejahteraan hidup, tiada jaminan untuk mengecap kebahagiaan, hidup dalam ketakutan, huru-hara, maksiat berleluasa dan sebagainya.
Kita dapati yang kaya berkuasa, yang miskin dijadikan hamba abdi, yang kuat menindas yang lemah, yang berkuasa membuat kejahatan dibiarkan tetapi yang miskin membuat kejahatan diseksa. Ini berlaku adalah kerana tidak ada panduan hidup yang hakiki dan setiap puak ada undang-undang tersendiri yang boleh dipinda-pinda mengikut hawa nafsu mereka.
Mana-mana budaya atau cara hidup yang tidak diakui oleh Islam maka cara hidup yang sedemikian adalah batil dan tidak boleh menjamin kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat.
Begitu juga dengan adat-adat yang diguna pakai oleh sebilangan masyarakat hari ini, jika adat-adat yang diamalkan sejak nenek moyang kita itu menyeleweng daripada landasan Islam maka adat-adat tersebut tidak boleh dipakai dan dilarang oleh Islam, malah ia bukan dari amalan dan pegangan para sahabat, tabiÕin dan ulama hingga sampai hari akhirat.
Tetapi apabila Islam itu dijadikan cara hidup, adakah kehidupan kita ini mengikut cara Islam yang sebenarnya? Cuba kita renung sejenak, adakah cara kita menguruskan diri, rumah tangga kita dan sebagainya mengikut Islam? Adakah hubungan kemasyarakatan kita hari ini berpaksikan Islam?
Ini semua perlu kita kaji balik untuk mendapat jawapan yang baik kerana jika berlaku kepincangan dalam pengurusan kita ini bermakna cara yang kita gunakan adalah salah dan lari daripada kehendak Islam.
Rukun-rukun Islam
Ia mengandungi lima rukun, ia tidak boleh ditinggalkan sama sekali, apabila seorang Muslim mengaku dirinya Islam, dia mesti melakukan kelima-lima rukun tersebut tanpa boleh meninggalkan salah satu daripadanya, kerana ia boleh dianggap terkeluar daripada Islam.


1. Mengucap dua kalimat syahadah.


2. Mendirikan solat (fardu lima waktu).


3. Berpuasa pada bulan Ramadan.


4. Mengeluarkan zakat.


5. Menunaikan haji ke Baitullah bagi mereka yang mampu melakukannya.



Prinsip dasar Islam yang kekal Islam tidak pernah membiarkan umatnya hidup meraba-raba tanpa hala tuju yang tidak jelas, justeru, Islam meletakkan beberapa dasar sebagai prinsip yang mesti dipegangi dan menjadi pra-syarat menjadi seorang Muslim yang benar-benar diterima di sisi Allah SWT.



1. Akidah: Ia menjadi pra syarat pertama apabila seorang itu mengaku sebagai seorang yang berpegang kepada agama Islam, ia menghubungkan antara seorang hamba dengan Maha Pencipta, tanpanya ia boleh mengakibatkan seseorang itu akan jadi murtad atau berlaku syirik kepada-Nya.



2. Syariat: Iaitu pelaksanaan hukum Islam sebagai bukti kekuatan akidah yang ada dalam diri Muslim, ia juga dijelmakan dalam bentuk ibadat khusus seperti solat dan sebagainya, juga termasuk ibadat umum.



3. Akhlak: Ia merupakan penjel -amaan budi luhur, sopan santun yang positif yang diajarkan oleh baginda Rasulullah s.a.w.
4. Aspek dorongan kekuatan seperti jihad, amar makruf dan nahi mungkar.



Ciri-ciri keistimewaan Islam Islam merupakan agama paling istimewa dan praktikal dengan kehidupan manusia dan menepati kehendak naluri sifat semula jadi manusia. Keindahan dan keistimewaan Islam dapat dilihat pada beberapa aspek yang menjadikan Islam itu sebagai sebuah agama yang menjadi dasar kehidupan umat manusia.



1. Rabbaniyah (Ketuhanan). Rabbaniyah bermakna Islam yang merangkumi hukum hakam, konsep, prinsip dan nilai-nilai peraturan hidup manusia adalah mutlak milik Allah SWT.
Islam agama Allah SWT dan agama-agama yang lain tidak diterima oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: Sesungguhnya agama yang diredai Allah SWT adalah agama Islam. (Surah Ali-Imran ayat 19).
Firman-Nya lagi yang bermaksud: Sesiapa yang mencari agama selain daripada agama Islam maka dia termasuk dalam golongan mereka yang rugi di akhirat nanti. (Surah ali-Imran ayat 85 ).
Islam dicipta oleh Allah SWT manakala agama-agama lain adalah hasil ciptaan idea dan falsafah serta pandangan manusia. Sesiapa yang menganut agama lain adalah sesat.



2. Syumuliyah (Lengkap). Syumuliyah bermakna bahawa Islam itu lengkap dan sempurna malah tiada cacat celanya yang merangkumi segala aspek kehidupan manusia. Segala apa yang diterangkan oleh Islam adalah benar dan nyata belaka.
Segala apa yang dihadapi oleh manusia semuanya terdapat penyelesaian dalam al-Quran sedikit pun tidak ditinggalkan. Allah SWT mengetahui kehendak dan kekurangan manusia maka dengan sebab itulah manusia diberi peraturan hidup yang mampu memenuhi keperluan manusia.



3. Waqi’iyah (Berada dalam kenyataan). Al-Waqi’iyah bermaksud ajaran Islam adalah bersifat praktikal dan sesuai diamalkan dalam kehidupan manusia. Apa-apa persoalan yang ditimbulkan oleh manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan mereka dapat diselesaikan oleh Islam melalui ajaran-ajarannya yang benar lagi tepat sekali.
Misalnya bagi menyelamatkan nasab dan keturunan manusia Islam menyarankan berumah tangga dan mengharamkan zina serta meletakkan hukum rejam atau sebat bagi penzina dengan tujuan menjaga kehormatan manusia.
Ajaran Islam tidak ada kesangsian dan syak wasangka pada kebenaran dan pelaksanaanya. Segala peraturan yang di buat oleh Islam sama ada ibadat, sosial, pentadbiran dan seumpamaya adalah begitu indah dan menepati kehendak manusia.



4. Alamiyyah (Kesejagatan) . Alamiyyah bermaksud ajaran Islam adalah sesuai untuk semua manusia tanpa mengira bangsa, keturunan, warna kulit, tempat dan zaman. Alamiyyah Islam membawa keadilan sejagat kepada seluruh alam terutamanya manusia.
Keadilan Islam bukan hanya terbatas kepada individu, puak, keturunan, warna kulit dan sempadan malah keadilan Islam adalah alamiyyah iaitu menyeluruh. Ini terbukti apabila Rasulullah s.a.w. telah menolak diringankan hukuman potong tangan ke atas Fatimah binti al-Aswah seorang wanita golongan bangsawan Bani Makhzum yang telah mencuri.
Demikian juga diriwayatkan bahawa Baginda s.a.w. sendiri akan memotong tangan anaknya Fatimah sekiranya dia mencuri. Sudah jelas dan amat nyata sekali kepada kita bahawa Islam itu adalah agama yang indah dan memenuhi kehendak manusia.
Islam menjamin kehidupan yang hakiki dan memberi kesejahteraan abadi kepada manusia di akhirat.



Ciri-ciri keunggulan Islam
1. Persamaan (kesamarataan) : Sesungguhnya Allah SWT akan memberi pahala yang sama kepada kaum lelaki dan wanita apabila melakukan amal ibadat tanpa dibezakan mengikut gender (jantina), begitu juga saf hadapan di masjid bukan dikhususkan kepada golongan hartawan atau pemimpin tertentu, malah disediakan kepada siapa yang datang lebih awal di kalangan orang Islam dan sebagainya.



2. Keadilan: Islam berlaku adil kepada sesiapa di kalangan manusia walaupun seorang itu tidak Islam, jika dia diperlakukan tanpa alasan yang munasabah, dia perlu dibela sama seperti orang Islam dalam erti kata lain bahawa Islam melindungi hak-hak manusia.



3. Kebebasan: Islam memberikan kebebasan untuk bersuara atau memberi pendapat, kebebasan berfikir, berpolitik, beragama, berusaha dan lain-lain, tetapi bagi orang Islam tidak bermakna mereka bebas memilih cara hidup atau fahaman lain yang tidak selari dengan Islam ataupun mereka tidak boleh diberi peringatan untuk mendirikan solat atas alasan mereka bebas untuk tidak bersolat.



4. Tidak boleh membahayakan diri dan orang lain: Ia merupakan ciri utama yang pernah ditegaskan oleh baginda Rasulullah s.a.w., dalam erti kata bahawa seorang Muslim itu tidak boleh melakukan tindakan yang boleh membahayakan dirinya sendiri atau boleh membahayakan orang lain seperti terlibat dalam aksi bahaya mat rempit atau lumba haram.



5. Islam menjamin hak asasi manusia: Ia merupakan satu jaminan yang diabaikan oleh isme falsafah ciptaan manusia.



6. Menjaga enam perkara iaitu agama, harta, akal, jiwa, kehormatan dan keturunan. – mks.


Hakikat Tasawwuf

Akhir zaman kini ramai orang mahu mencari suatu amalan untuk membersihkan dirinya dan amalan yang lebih cepat untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhannya. Begitu juga ramai orang yang berlumba-lumba untuk melakukan ibadat tak kira ibadat tersebut benar-benar diambil daripada sumber islam yang tulen ataupun tidak.

Oleh sebab itulah kita lihat ramai yang suka beribadat dengan banyaknya akan tetapi jahil ilmu agama. Ada juga yang akhlaknya sangat baik tetapi pegangan agamanya sangatlah karut. Mereka mempercayai wali-wali boleh membantu mereka disamping Allah.
Doa mereka berbunyi: "Wahai Imam Syafi'i tolonglah kami".. sedangkan jelas pertolongan (isti'anah/ istighatsah) hanyalah kepada yang Maha Satu. Bukan kepada Imam Syafi'i tidak juga Nabi s.a.w. kerana ianya bercanggah dengan nas-nas yang akan saya paparkan selepas ini. Saya ingin mengajak para pembaca agar melihat sejenak serta berfikir suatu golongan yang tidak asing lagi yang dinamakan "Sufi" atau lebih popular dengan nama "tasawwuf". Nama yang sangat tidak asing ini telah mendapat tempat di seantero dunia dari timur ke barat dari utara ke selatan. Akan tetapi benarkah golongan ini benar-benar isi ajarannya selari dengan tuntutan agama islam yang sebenar? Ataukah ia sebenarnya cuma ibarat bunga plastik yang hanya cantik luaran tetapi tidak dapat memberi manfaat melainkan hanya indah di mata, itupun mata yang yang telah didorongi dengan hawa nafsunya yang sebenarnya tidak dapat dibandingkan dengan bunga-bunga yang benarbenar hidup di bawah kekuasaan Allah Yang Maha Mencipta sekalian makhluknya. Menurut kajian para agamawan dan ulama-ulama islam, perkataan sufi bukanlah berasal dari bahasa arab. Ada yang mengatakan ia berasal dari kata suf (baju dari kulit domba) yang menjadi pakaian bagi golongan zuhud di zaman Nabi, ada juga yang berpendapat ianya berasal dari kata sufiya yang merupakan bahasa yunani yang bermaksud hikmah. Ada juga pendapat yang mengatakan ianya berasal dari kata As-Safaa' yang bermaksud suci dan jernih. Akan tetapi pendapat ini telah disanggal kerana jika ditambah dengan ya' nisbah ia akan menjadi safaa'ie bukannya sufi. Selalunya sufi ini dikaitkan dengan tarikat yang bermaksud jalan. Ada juga yang berpendapat sufi ini hanya kaitannya dengan zuhud, tawadhu' dan warak dan tidak ada kaitannya dengan tarikat-tarikat tertentu. Akan tetapi yang menjadi mejoritinya hari ini bila disebut sufi atau tasawwuf ia mesti dikaitkan dengan tarikat. Tarikat ini telah diterima umum oleh banyak ilmuan-ilmuan islam yang kebanyakan mereka ini dipelopori oleh pengikut asya'irah maturidiyah. Antara tarikat-tarikat yang popular seperti Tijaniyah, Naqsyabandiyah, Syaziliyah, Qadiriyah, Ahmadiah, dan sebagainya. Nama sufi ini sebenarnya telah memecah-belahkan kaum muslimin disebabkan oleh kaum sufi itu sendiri. Apa tidaknya, masing-masing daripada kelompok sufi yang menamakan kelompok mereka dengan tarikat-tarikat tertentu mengakui merekalah yang paling benar. Malah menuduh sesama mereka sebagai tidak betul. Malah jika diperhati setiap peribadatan kaum sufi ini, ternyata amat berbeza antara satu tarikat dengan tarikat yang lain. Malah setiap tarikat-tarikat pasti tidak akan terlepas daripada rekaan-rekaan bentuk peribadatannya. Sedangkan islam menganjurkan untuk bersatu-padu dan jangan berpecah-belah serta beribadat sebagaimana yang telah disunnahkan oleh Rasulullah s.a.w. Firman Allah Ta'ala: Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. (Surah Ali Imran : 103) Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta Dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (Surah Ar-Rum : 31-32) Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. (Surah An-Nisaa' : 59) Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tiada daripada ajaran kami, maka ia ditolok (tidak diterima). (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim) Mengapa perlu berkelompok-kelompok? Tidak cukupkah ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah? Tidak cukupkah Al-Quran dan As-Sunnah menurut fahaman sahabat (salafus soleh) sebagai petunjuk dan pembimbing hidup? Inilah yang kurangnya pada kelompok sufi sebenarnya. Mereka mengamalkan zikir-zikir yang tidak bersumberkan Al-Quran dan Hadis yang sahih. Mereka mengamalkan tawassul (perantaraan/ Wasilah) yang melampaui batas syariat. Dan mereka juga sering guluw (melampau) dalam segala perbuatan yang direkayasa oleh mereka. Seperti yang saya sebut pada awal tulisan ini, mereka ini suka berdoa dengan cara yang salah kerana mereka beristighatsah dan beriti'anah selain Allah seperti: "Wahai Jailani, Wahai Rifa'I, Wahai Rasulullah tolonglah kami!" atau terkadang juga mereka berdoa "Wahai Rasulullah hanya kepadamu kami bersandar!"
Padahal jelas daripada Al- Quran menyatakan tidak boleh berdoa meminta pertolongan melainkan hanya pada Allah semata. Hanya pada-Mu kami menyembah dan hanya pada-Mu kami meminta pertolongan. (Surah Al-Fatihah : 5) Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat memberi mudharat kepadamu selain Allah; kerana jika kamu berbuat demikian itu, sesungguhnya kalau begitu kamu termasuk golongan orang-orang yang zalim. (Surah Yunus : 106) Maksud zalim dalam ayat di atas adalah syirik (mempersekutukan Allah) sebagaimana Firman Allah dalam surah Luqman ayat 13 yang berbunyi: Janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Satu lagi cara ibadat yang telah disepakati oleh kaum-kaum sufi adalah berzikir secara kuat serta berjemaah. Sebagaimana pada hari ini, bukan sahaja para sufi yang berzikir secara kuat, malah ramai yang telah tertipu dengan cara ini yang disangka ianya sunnah padahal ia bertentangan dengan sunnah Nabi yang jelas tertera di dalam Al-Quran maupun Hadis Nabawiyah. Dan sebutlah serta ingatlah akan Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendah diri serta dengan perasaan takut, dan tidak pula menyaringkan suara, pada waktu pagi dan petang. Dan janganlah engkau menjadi dari orang yang lalai. (Surah al-A’raaf :205) Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan (dengan suara) perlahan-lahan. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang melampaui batas. (Surah al-A’raaf : 55) Suatu hadis yang tidak asing lagi dalam menolak hujah mereka yang mengatakan zikir berjemaah adalah sunnah adalah hadis yang diriwayatkan oleh ad-Darimi dalam musnadnya menunjukkan bahawa zikir secara berjemaah adalah bertentangan dengan sunnah Nabi s.a.w. dan sunnah sahabat r.a. Daripada ‘Amr bin Salamah (seorang tabi’i) katanya: “Satu ketika kami duduk di pintu ‘Abd Allah bin Mas‘ud sebelum solat subuh. Apabila dia keluar, kami akan berjalan bersamanya ke masjid. Tiba-tiba datang kepada kami Abu Musa al-Asy‘ari, lalu bertanya: “Apakah Abu ‘Abd al-Rahman (gelaran kepada ‘Abd Allah bin Mas’ud) telah keluar kepada kamu?” Kami jawab: “Tidak!”. Maka dia duduk bersama kami sehingga ‘Abd Allah bin Mas‘ud keluar. Apabila dia keluar, kami semua bangun kepadanya. Lalu Abu Musa al-Asy‘ari berkata kepadanya: “Wahai Abu ‘Abd al-Rahman, aku telah melihat di masjid tadi satu perkara yang aku tidak bersetuju, tetapi aku tidak lihat – alhamdulilah – melainkan ianya baik”. Dia bertanya: “Apakah ia?”. Kata Abu Musa: “Jika umur kamu panjang engkau akan melihatnya. Aku melihat satu puak, mereka duduk dalam lingkungan (halaqah) menunggu solat. Bagi setiap lingkungan (halaqah) ada seorang lelaki (ketua kumpulan), sementara di tangan mereka yang lain ada anak-anak batu. Apabila lelaki itu berkata : Takbir seratus kali, mereka pun bertakbir seratus kali. Apabila dia berkata: Tahlil seratus kali, mereka pun bertahlil seratus kali. Apabila dia berkata: Tasbih seratus kali, mereka pun bertasbih seratus kali.” Tanya ‘Abd Allah bin Mas‘ud: “Apa yang telah kau katakan kepada mereka?”. Jawabnya: “Aku tidak kata kepada mereka apa-apa kerana menanti pandangan dan perintahmu”. Berkata ‘Abd Allah bin Mas‘ud: “Mengapa engkau tidak menyuruh mereka mengira dosa mereka dan engkau jaminkan bahawa pahala mereka tidak akan hilang sedikit pun”. Lalu dia berjalan, kami pun berjalan bersamanya. Sehinggalah dia tiba kepada salah satu daripada lingkungan berkenaan. Dia berdiri lantas berkata: “Apa yang aku lihat kamu sedang lakukan ini?” Jawab mereka: “Wahai Abu ‘Abd al-Rahman! Batu yang dengannya kami menghitung takbir, tahlil dan tasbih”. Jawabnya: “Hitunglah dosa-dosa kamu, aku jamin pahala-pahala kamu tidak hilang sedikit pun. Celaka kamu wahai umat Muhammad! Alangkah cepat kemusnahan kamu. Para sahabat Nabi masih lagi ramai, baju baginda belum lagi buruk dan bekas makanan dan minuman baginda pun belum lagi pecah. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kamu berada di atas agama yang lebih mendapat petunjuk daripada agama Muhammad, atau sebenarnya kamu semua pembuka pintu kesesatan?” Jawab mereka : “Demi Allah wahai Abu ‘Abd al-Rahman, kami hanya bertujuan baik.” Jawabnya : “Betapa ramai yang bertujuan baik, tetapi tidak menepatinya.” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menceritakan kepada kami satu kaum yang membaca al-Quran namun tidak lebih dari kerongkong mereka (ini merupakan salah satu sifat khawarij seperti diterangkan dalam hadis-hadis). Demi Allah aku tidak tahu, barangkali kebanyakan mereka dari kalangan kamu.” Kemudian beliau pergi. Berkata ‘Amr bin Salamah: “Kami melihat kebanyakan puak tersebut bersama Khawarij memerangi kami pada hari Nahrawan.” (Hadis riwayat ad-Darimi di dalam Musnadnya dengan sanad yang dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Silsilah al-Ahadis as-Sahihah jilid 5, ms 11) Bukan setakat itu penyelewengan kaum sufi, malah banyak lagi penyelewengan mereka sehinggakan ada yang sampai ketahap pemujaan para wali dan keramat serta menyembah kubur wali dan meminta tolong darinya, dan ada yang menerima konsep wahdatul wujud (bersatunya makluk dengan Tuhannya) yang dipelopori oleh Ibn 'Arabi sebagaimana termaktub fahamannya ini dalam kitab Futuhat Al-Makiyyah. Sehingga Ibn 'Arabi pernah berkata: "Sesungguhnya seorang lelaki yang meniduri isterinya, sebenarnya sedang meniduri Allah Al-Haq." Sungguh kufur perkataan ini wal 'iyazubillah. Jika sesiapa yang pernah ke Mesir boleh melihat sendiri kebatilan cara para sufi ini berzikir secara kuat (jahar) sambil menari dan bertepuk-tepuk tangan serta meraung-raung nama Allah sehinggalah mereka hanya menyebut seringkas-ringkasnya sebutan Al-Haq seperti: "Hu-Hu, Hu-Hu, atau Ah-Ah-Ah seperti orang yang mabuk kerana meminum arak. Kononnya inilah zikir tahap yang tertinggi sekali. Sedangkan sabda Rasulullah: "Sebaik-baik zikir adalah kalimah Laa Ilaaha Illallah." (Hadis riwayat Tirmizi) Firman Allah Ta'ala dalam surah Al-Anfal ayat 35 berbunyi: Sembahyang mereka (orang-orang musyrikin) di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. Dengan sedikit infomasi tentang sufi ini, semoga para pembaca lebih terbuka minda untuk mencari kebenaran. Jangan hanya melihat luaran tanpa mengkaji dalamannya. Seperti juga ramai pengikut tarikat yang mempunyai akhlak yang baik akan tetapi aqidahnya sangatlah batil. Ibadatnya sangatlah banyak rekaan-rekaan yang tidak dijumpai daripada sunnah nabi serta amalan salafus soleh. Sebab itu Rasulullah s.a.w. pernah berpesan kepada sahabatnya yang umat islam akan berpecah kepada 73 puak semuanya menuju ke neraka kecuali satu. Apabila sahabat bertanya siapakah yang satu tersebut maka Rasulullah menjawap: "Al-Jamaah". Dalam riwayat lain Nabi s.a.w. bersabda: “Dan akan terpecah umatku manjadi 73 aliran (puak), semua mereka masuk neraka kecuali satu aliran. Para sahabat bertanya: Siapakah aliran itu wahai Rasulullah? Baginda menjawab: Mereka yang mengikuti jalan hidupku dan jalan para sahabatku." (Hadis Riwayat Tirmizi, Abu Daud, Ibn Majah dan Ahmad dan lainlain; disahihkan oleh Al-Albani dalam Sahih wa Dha’if Sunan Tirmidzi, no: 2641) Hanya satu jalan (tarikat) yang selamat iaitu Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Ibn Mas'ud r.a. berkata: "suatu hari rasulullah s.a.w. membuat satu garisan lurus dengan tangannya lalu bersabda: "Inilah jalan Allah yang lurus, kemudian baginda menggariskan beberapa garis disebelah kiri dan kanan garis yang lurus itu, sambil bersabda: "Inilah jalanjalan (kesesatan). Tidak ada satu jalan pun dari jalan ini melainkan ada syaitan yang mengajak manusia untuk mengikuti jalan tersebut.
Kemudian baginda membacakan surah Al-An'am ayat 153 : "Dan bahawa yang (kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalanjalan (yang lain)".
(Hadis riwayat Ahmad; berkata Al-Arnauth: Hadis hasan, rujuk Musnad Ahmad takhrij al-Arnauth, no: 4437)
Malaysia Cheap Web Hosting