Subscribe:

Terapi mabuk asmara


         Walaupun efek yang ditimbulkan penyakit al-‘isyq sangat hebat dan sulit melepaskan diri dari jeratannya namun bukanlah suatu hal yang mustahil apabila penderitanya bisa sembuh dan selamat dari penyakit ini. Ibnul Jauzi rahimahulloh berkata: “Sesungguhnya obat itu mujarab bagi orang yang menerimanya. Adapun orang yang mencampuradukkannya niscaya obat itu tidak berguna baginya.” Maka orang yang benar-benar ingin sembuh, dia harus berupaya berobat. Namun jika tidak, niscaya penyakit akan tetap bercokol bahkan bisa jadi bertambah parah.

Berikut ini beberapa terapi yang dapat menyembuhkan dari mabuk asmara:

Ikhlas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Jika seseorang yang terkena penyakit al-‘isyq benar-benar ikhlas dan menghadapkan wajahnya kepada Alloh dengan tulus, niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan menolongnya dengan cara yang tiada pernah terlintas di hatinya. Dia akan menyingkirkan segala penghalang menuju jalan taubat.

Berdo’a.
Merendahkan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, secara tulus menyerahkan diri kepada-Nya, ikhlas, dan memohon kepada-Nya dengan segala kerendahan agar disembuhkan dari penyakit.

Menahan pandangan.
Ketika seorang hamba menahan pandangannya maka hati turut menahan syahwat dan keinginannya.

Banyak berpikir dan berdzikir.
Hendaklah setiap orang senantiasa ingat bahwa seluruh perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban. Seharusnya ia berpikir bahwa perbincangan dengan kekasihnya akan ditanyakan nanti di hari kiamat. Hendaklah dia berpikir betapa malu dirinya kelak ketika Allah mencela perbuatannya.

Menjauh dari orang yang dicintainya.
Sebab memisahkan diri dan menjauh akan mengusir bayangan orang yang dicintai dalam hatinya. Hendaklah ia bersabar menanggung perpisahan beberapa saat walaupun sulit pada awalnya. Seiring dengan waktu, seluruh masalah akan menjadi mudah.

Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.
Sebab mabuk cinta adalah karena kesibukan hati yang kosong. Hatinya akan dipenuhi bayang-bayang kekasihnya. Tetapi ketika ia sibuk dengan hal-hal lain maka cintanya akan memudar, rindunya akan hilang dan akhirnya ia dapat melupakannya.

Menikah, sebab pernikahan itu mencukupi segalanya.
Penuh berkah dan menjadi solusi. Jika orang yang dicintainya adalah wanita yang mungkin dinikahinya maka hendaklah ia menikahinya. Jika sulit menikahinya hendaklah memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk memudahkannya. Jika ia tak bisa menikahinya karena sebab-sebab tertentu, maka hendaklah ia bersabar dan memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar diberi jalan keluar.

Menengok orang sakit.
Mengiringi jenazah, menziarahi kubur, melihat orang mati, berpikir tentang kematian dan kehidupan setelahnya.

Senantiasa menghadiri majlis ilmu.
Duduk bersama orang-orang zuhud dan mendengar kisah-kisah orang shalih.

Memangkas habis ambisi.
Dengan cara membuang rasa putus asa disertai dengan keinginan keras untuk dapat menundukkan hawa nafsu.

Selalu konsisten menjaga sholat dengan sempurna.
Menjaga kewajiban-kewajiban sholat, baik berupa kekhusyukan dan kesempurnaannya secara lahir dan bathin.

Menjaga kharisma.
Agar tidak jatuh kepada kedudukan yang hina dina, tidak jatuh dalam perbuatan yang tercela dan segala bentuk yang dapat menghalangi keutamaan. Orang-orang yang memiliki harga diri tidak pernah mau terikat menjadi budak sesuatu. Lihat saja, betapa hawa nafsu menyebabkan orang-orang mulia menjadi hina.

Menjaga kemuliaan diri, kesucian dan menjaga kehormatannya.
Hal ini akan membuat seseorang jauh dari perkara yang akan meruntuhkan harga dirinya ataupun yang akan menjatuhkan martabatnya.

Membayangkan cela yang terdapat pada diri orang yang dicintainya.
Ibnul Jauzi rahimahulloh berkata: “Sesungguhnya manusia penuh dengan najis dan kotoran. Dan orang yang dimabuk cinta melihat kekasihnya dalam keadaan sempurna. Karena cinta, ia tidak dapat melihat aib kekasihnya. Sebab hakikat segala sesuatu dapat disingkap dengan timbangan yang adil. Sementara yang menjadi penguasa atas dirinya adalah hawa nafsu yang zhalim. Itu akan menutupi seluruh cela hingga akhirnya orang yang dilanda cinta melihat kekasihnya yang jelek menjadi jelita.”

Memikirkan akan ditinggal pergi orang yang dicintainya.
Baik ditinggal mati atau ditinggal pergi tanpa keinginannya atau ditinggal karena sudah bosan.

Memikirkan akibat perbuatannya.
Orang yang berakal adalah orang yang dapat menimbang apakah cintanya itu akan melahirkan kenikmatan ataukah kesengsaraan.

Meyakini Keutamaan Ujian Hidup.
Hendaknya orang yang ditimpa ujian seperti ini mengetahui bahwa ujian hidup merupakan sebab munculnya nilai keutamaan seseorang. Jika dia bersabar maka akan tampaklah keutamaannya, sempurnalah kemuliaannya dan derajatnya akan meningkat kepada level yang lebih tinggi.

Berpikir Kerugiannya.
Memikirkan betapa banyak hal-hal yang bermanfaat menjadi luput disebabkan menyibukkan diri dengan cinta seperti ini. Orang-orang yang mulia lebih mengutamakan santapan akalnya, walaupun tabi’atnya berusaha menggiringnya kepada syahwat jasmani.

Melihat konsisi para pemabuk cinta.
Bagaimana derita yang mereka tanggung. Bagaimana hidup mereka yang dikucilkan oleh masyarakat. Betapa berantakan segala urusan dunia dan akhirat mereka. Bandingkanlah orang-orang yang menghabiskan hidup untuk cinta buta dengan orang-orang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur dan keinginan yang kuat.

Demikanlah di antaranya obat-obat yang dapat menangkal dan menyembuhkan penyakit mabuk asmara. Seperti yang telah disebutkan di atas, semua obat ini tidak akan manjur bila yang melakukannya tidak berusaha dengan sungguh-sungguh ingin sembuh dari penyakitnya. Kita bermohon kepada Allah agar menjauhkan kita dari jalan-jalan kehancuran dan membimbing kita kepada kebaikan dunia dan akhirat. Wallahu a’lam

Puisi RAHSIA



Bagaimana hendak ku serahkan 
zat rahsiaku kepada-Mu? 
ini adalah persoalan besar.
Engkau ucapkan: 
katakanlah: Roh adalah urusan Tuhanku.

Rahsia adalah rahsia 
mana boleh diterka 
hanya daku perlu meyakini 
ia adalah urusan Tuhanku 
mengapa aku cuba memikul urusan Tuhan 
serahkan hak Tuhan kepada Tuhan..

Wahai Tuhanku 
Engkau mengetahui zat rahsiaku 
daku sendiri tidak mengetahuinya 
tanpa pengetahuanku tentangnya 
daku serahkannya kepada Mu 
terimalah, terimalah, terimalah 
daku tidak hairan 
bagaimana Engkau menerima zat rahsiaku 
kerana Engkau yang paling rahsia 
Pemilik segala rahsia.

10 Sifat isteri solehah

      DALAM satu program wanita, seorang ibu berumur lewat usia 40-an berbual mesra sambil bertanya kepada saya: “Diam tak diam, saya dah nak dapat menantu lelaki. Along Hasanah akan berkahwin bulan depan, kita ni terlalu sibuk dengan kerjaya dan kehidupan, sehingga tidak perasan anak dah semakin besar dan akan berumah tangga.”
Saya membalas : “Kita perlu mengingat dan membekalkan nasihat yang pernah kita peroleh dulu daripada orang berpengalaman dan berilmu kepada mereka.
“Dulu pernah mendengar, pada masa mula-mula hendak kahwin. Tetapi, apa salahnya kita dengar untuk kesekian kalinya. Ia menjadi kata-kata hikmat dan pengajaran yang lebih bermakna. Kita dan ramai kawan masa muda-muda masih ingat nasihat itu.”
Perbualan saya dengan wanita itu mengingatkan kepada wasiat seorang ibu solehah pada zaman kegemilangan Islam.
Mari hayati pesanan isteri ‘Auf bin Muhlim Ashaibani kepada puterinya ketika hendak bernikah dengan al Haris bin Amr, raja negeri Kandah. Sewaktu utusan diraja hendak membawa pengantin untuk disampaikan kepada raja, ibunya berwasiat kepada anak perempuannya:
“Wahai anakku! Kalaulah wasiat ini untuk kesempurnaan adabmu, aku percaya kau telah mewarisi segala-galanya, tetapi ia sebagai peringatan untuk yang lalai dan pedoman kepada yang berakal.
Andai kata wanita tidak memerlukan suami kerana berasa cukup dengan kedua ibu bapanya, tentu ibumu adalah orang yang paling berasa cukup tanpa suami. Tetapi wanita diciptakan untuk lelaki dan lelaki diciptakan untuk mereka.
Wahai puteriku, Sesungguhnya engkau akan meninggalkan rumah tempat kamu dilahirkan dan kehidupan yang telah membesarkanmu untuk berpindah kepada seorang lelaki yang belum kamu kenal dan teman hidup yang baru. Kerana itu, jadilah ‘budak’ wanita baginya, tentu dia juga akan menjadi ‘budak’ bagimu serta menjadi pendampingmu yang setia.
Peliharalah sepuluh sifat ini terhadapnya, tentu ia akan menjadi perbendaharaan yang baik untukmu.
Pertama dan kedua, berkhidmat dengan rasa puas serta taat dengan baik kepadanya.
Ketiga dan keempat, memerhatikan tempat pandangan matanya dan bau yang diciumnya. Jangan sampai matanya memandang yang buruk daripadamu dan jangan sampai dia mencium kecuali yang harum daripadamu.
Kelima dan keenam, memerhatikan waktu tidur dan waktu makannya, kerana lapar yang berlarutan dan tidur yang terganggu dapat menimbulkan rasa marah.
Ketujuh dan kelapan, menjaga hartanya dan memelihara kehormatan serta keluarganya. Perkara pokok dalam masalah harta adalah membuat anggaran dan perkara pokok dalam keluarga adalah pengurusan yang baik.
Kesembilan dan kesepuluh, jangan membangkang perintahnya dan jangan membuka rahsianya. Apabila kamu tidak mentaati perintahnya, bererti kamu melukai hatinya. Apabila kamu membuka rahsianya kamu tidak akan aman daripada pengkhianatannya.
Kemudian janganlah kamu bergembira di hadapannya ketika dia bersedih atau bersedih di hadapannya ketika dia bergembira. Jadilah kamu orang yang sangat menghormatinya, tentu dia akan sangat memuliakanmu.
Jadilah kamu orang yang selalu sepakat dengannya, tentu dia akan sangat belas kasihan dan sayang kepadamu.
Ketahuilah, sesungguhnya kamu tidak akan dapat apa yang kamu inginkan sehingga kamu mendahulukan keredaannya daripada keredaanmu, dan mendahulukan kesenangannya daripada kesenanganmu, baik dalam hal yang kamu sukai atau yang kamu benci dan Allah akan memberkatimu.”
Nasihat di atas seharusnya diterima dengan beberapa asas penting:
l Suami yang dicari adalah suami yang beriman lagi taat kepada perintah Allah.
l Ketaatan kepada suami adalah wajib dengan syarat beliau tidak melakukan perkara yang bertentangan dengan syariat Allah.
l Begitulah hukum Allah, di sana sentiasa ada ‘dua bahagian muka syiling’. Kalau diperhati setiap nasihat di atas, perbuatan kita yang positif akan menghasilkan reaksi dan tindak balas positif juga dengan izin Allah.

Qarin jin pendamping manusia


          Qarin adalah jin yang dicipta oleh Allah sebagai pendamping atau kembar kepada setiap insan yang dilahirkan (manusia). Dia dikatakan sebagai “syaitan” kepada manusia itu. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti ada qarin nya sendiri. Rasulullah s.a.w. tidak terkecuali. Cuma bezanya, qarin Rasulullah adalah muslim. Manakala yang lain-lainnya adalah kafir. Pada umumnya qarin kafir ini mendorong “dampingan”nya membuat kejahatan. Dia membisikkan was-was, melalaikan ibadah seperti solat, membaca al-Quran dan sebagainya. Malah ia bekerja sekuat tenaga untuk menghalang manusia dampingannya melakukan ibadah dan kebaikan.
Untuk mengimbangi usaha qarin ini Allah utuskan malaikat (Maha Adil Allah). Malaikat ini akan membisikkan hal-hal kebenaran dan mengajak membuat kebaikan. Maka terpulanglah kepada setiap manusia membuat pilihan.
Walau bagaimanapun orang2 Islam mampu menguasai dan menjadikan pengaruh qarinnya lemah tidak berdaya.
Caranya ialah dengan membaca “Bismillahir Rahmanir Rahim” (basmalah) sebelum melakukan sebarang pekerjaan, banyak berzikir, membaca al-Quran, melakukan kebaikan dan taat melaksanakan perintah Allah. Secara tidak langsung manusia itu akan meninggalkan nafsu syahwat dan sifat-sifat tercela. Membersihkan dirinya bersesuaian dengan martabat malaikat tersebut.
Pernah satu ketika dulu para ‘ustaz” pendakwah menceritakan bahawa apabila kita makan berserta Bismillah…. syaitan akan kelaparan dan kurus tetapi jika sebaliknya ia semakin gemuk. Pada awalnya memang mengelirukan dan sukar difahami bagaimana syaitan itu boleh kurus kerana bukan kita seorang sahaja manusia di muka bumi ini. Bukan semuanya baca basmalah bila hendak makan dan minum. Setelah dibangkitkan soal qarin ini baharulah kita faham kedudukan sebenarnya. Syaitan yang dimaksudkan ialah jin qarin ini (sifatnya berlawanan dengan sifat malaikat – sebab itu disebut syaitan) dan ia khusus untuk setiap individu.
Sabda Rasulullah s.a.w. daripada Abdullah Mas’ud r.a. maksudnya: “Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin daripada bangsa malaikat. Mereka bertanya: “Engkau juga ya Rasulullah.” Sabdanya: “Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan sahaja.” (Riwayat Ahmad dan Muslim)
Kewujudan qarin ialah untuk menggoda manusia, menampakkan hal-hal yang buruk dan hal-hal yang jahat-jahat seolah-olah baik pada anggapan manusia, lalu akhirnya manusia terpengaruh atau terpesong.
Dalam surah al-An’am: 112 terdapat firman Allah: “Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh dari jenis manusia dan jin, sebahagian daripada mereka membisikkan kepada yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu”.
Ath-Thabarani mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia berkata, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya seorang syaitan.” Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, tetapi Allah melindungiku sehingga aku selamat .”(HR. Ibnu Hibban)
Jin ini, menurut para alim ulama’, bukanlah dari kalangan jin yang biasa. Jin ini tugasnya hanya untuk menyesatkan ‘tuan’nya, yang didampingi dari awal kelahiran hingga kematian manusia tersebut. Ada juga qaul yang menyatakan bahawa jin ini dilahirkan bersama-sama kita, akan tetapi ianya tidak mati apabila kita meninggal dunia kerana hayat mereka dipanjangkan Allah, dan mereka hanya dimatikan menjelang hari Qiamat.
Ketika manusia mati sama ada dalam keadaan beriman kepada Allah atau mati dalam keadaan murtad, syirik atau kufur hasil daripada tipu helah iblis dan syaitan yang sentiasa berada di samping manusia, menemani manusia ke mana dia pergi, ataupun mati dalam Islam tetapi bergelumang dalam maksiat.
Qarin akan berpisah dengan “kembar”nya apabila manusia meninggal dunia. Roh manusia akan ditempatkan di alam barzakh, sedangkan qarin terus hidup kerana lazimnya umur jin adalah panjang. Walau bagaimanapun, apabila tiba hari akhirat nanti maka kedua-duanya akan dihadapkan ke hadapan Allah untuk diadili.

Puisi ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU



Mereka berkata alam menjadi dalil wujud Allah 
aku pandang pada alam 
Allah tidak kelihatan 
mana mungkin ada kekuatan alam 
mempamer wujud Tuhan 
bukankah Allah tidak memerlukan alam 
Dia yang zahir dan Dia yang batin 
Dia yang awal dan Dia yang akhir.
Aku pandang ke dalam hatiku 
zat rahsiaku diterangi Rahsia Ilahi 
kemudian akau pandang kepada alam 
baharu aku melihat Cahaya-Nya meliputi alam 
aku pandang lagi kepada alam 
cahaya-Nya kembali terhijab dari pandangan 
lalu aku pindahkan alam ke dalam hatiku 
aku kembali melihat  Cahaya Ilahi meliputi alam.

Cahaya-Nya hanya boleh dipandang oleh zat rahsiaku 
apabila aku menyatu dengan zat rahsiaku 
tanpa takwil tanpa hujah tanpa terka 
tanpa ulasan tanpa kupasan tanpa huraian 
hanya yakin dan larut di dalam keyakinan 
bahawa aku tidak terpisah daripada zat rahsiaku 
baharu dapat aku saksikan Cahaya-Nya 
tanpa rupa tanpa warna 
hanya jelira di dalam yakin 
sesungguhnya Cahaya Engkau yang aku pandang.

Apa jua yang nyata 
bila aku halakan pandangan ke sana 
daku tidak melihat wujud di situ 
hinggalah akau halakan pandangan ke dalam hati 
baharulah aku melihat wujud menyertainya.

Puisi NAFSU



Engkau ciptakan Firaun, Haman dan Qarun 
Mereka adalah sebesar-besar penderhaka terhadap-Mu 
Namun Engkau kurniakan dunia seluruhnya kepada mereka 
Itulah tandanya 
Dunia ini tidak melebihi sebelah sayap nyamuk pada sisi-Mu 
Tapi nafsu kami masih juga terliur 
Melihat keagungan Firaun, kepintaran Haman dan kekayaan Qarun 
Nafsu kami masih inginkan 
Sayap nyamuk yang sebelah itu.
Nafsu sangat sabar menyembunyikan laparnya 
Sesekali ia menghantar isyarat 
Jika Engkau menjawab ia akan bangun 
Di kala itu Engkau akan tertawan.

Nafsu umpama sebuah kenderaan 
Enjinnya ialah tamak 
Rodanya ialah dengki dan khianat 
Seteringnya ialah tipudaya 
Bila kenderaan ini berjalan 
Ia meninggalkan asap kotor di belakang 
Tetapi si pemandu asyik memandang ke hadapan 
Tidak pernah melihat pencemaran yang ditinggalkan.

Nafsu adalah sebahagian daripada dirimu 
Ia boleh diam dan tidur tetapi tidak berputus asa 
Perlulah engkau sentiasa berwaspada.

Hakikat Insan Kamil


    Si hamba menyaksikan bahwa Insan Kamil adalah pertemuan di antara ketuhanan dan kehambaan. Pada Insan Kamil berkumpul pengetahuan tentang Tuhan dan pengetahuan tentang makhluk Tuhan. Insan Kamil mengenal Tuhan dalam aspek tanzih dan tasybih. Insan Kamil memperoleh maklumat Hakikat Muhammad secara lengkap dan sempurna. Insan Kamil yang memiliki ilmu dan makrifat yang sempurna. Insan Kamil yang mempunyai pengenalan yang sempurna tentang Tuhan. Insan Kamil juga mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang apa yang Tuhan sampaikan kepada hamba-hamba-Nya.
Insan Kamil juga mempunyai maklumat Hakikat Insan secara sempurna. Oleh kerana Hakikat Insan mengumpulkan maklumat yang lengkap tentang manusia dan alam makhluk sekaliannya, maka Insan Kamil mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang manusia dan alam makhluk sekaliannya. Seluruh alam semesta ‘terkandung’ dalam Insan Kamil. Hati si hamba yang terbuka kepada suasana Hakikat Insan Kamil menyaksikan seluruh alam semesta berada dalam hatinya. Si hamba menyaksikan pengetahuan ketuhanan datang secara langsung kepada hatinya.
Pembukaan kepada Hakikat Insan Kamil membuat hati si hamba menyaksikan alam semesta disempadani oleh dirinya dan pada masa yang sama dia menyaksikan ‘Allah’ bersemayam dalam hatinya. Inilah peringkat yang paling tinggi bahayanya dalam semua peringkat pengalaman kerohanian. Ketuhanan dan kehambaan muncul pada hati yang sama, pada perasaan yang sama dan pada masa yang sama. Hanya kehambaan yang sentiasa membayanginya meneguhkan tapak kakinya berpijak pada jalan yang benar. Kehambaan pada peringkat ini sangat rapuh, mudah saja menjadi hancur lebur. Jika hal yang demikian terjadi hati si hamba tidak lagi melihat perbedaan di antara hamba dengan Tuhan, dirinya dengan Tuhan. Keadaan seperti ini tidak muncul sewaktu menyaksikan Hakikat-hakikat yang lain termasuklah Hakikat Muhammad kerana pada ketika itu makhluk dan dirinya tidak ada dalam perhatian dan kesadarannya. Pada tahap mengalami suasana Hakikat Insan Kamil ini kesadar! an dan perhatian kepada diri dan makhluk baru saja muncul kembali, belum begitu kuat dan berpengaruh. Kesadaran dan perhatian tersebut baru pada tahap seumpama bayang-bayang yang belum melekat benar pada hati. Hakikat Insan Kamil adalah umpama stesen bebas bagi hati. Ia boleh menjadi Tuhan dan hamba pada masa yang sama. Ia juga boleh menjadi nabi dan wali. Ia juga boleh menjadi malaikat.
Jika seseorang yang baru saja kembali sedikit kesadarannya terhadap kewujudan dirinya larut dalam Hakikat Insan Kamil, hatinya akan mengalami apa yang biasa disebut oleh orang sufi sebagai bersatu dengan Tuhan. Rasa bersatu dengan Tuhan berbeda daripada mengalami suasana keesaan yang berlaku Pada ketika itu keesaan dialami dalam suasana tiada kesadaran terhadap diri sendiri. Si hamba hanya menyaksikan Allah s.w.t semata-mata, tidak pada dirinya dan makhluk lainnya. Dia hanya menyaksikan satu wujud yaitu wujud Allah s.w.t, wujud yang lain tidak ada dalam perhatiannya. Oleh yang demikian tidak timbul isu bersatu dengan Tuhan pada peringkat itu. Pada peringkat Hakikat Insan Kamil pula wujud Allah s.w.t dan wujud dirinya nyata dalam kesedarannya dan mungkin dia tidak dapat membedakan yang satu dengan yang lain. Dalam keadaan demikian dia mungkin menyaksikan Allah s.w.t sebagai Haq (Yang Hakiki) dan juga khalq (makhluk sebag! ai bayangan Yang Hakiki). Dia mungkin merasakan dirinya sebagai Tuhan dan hamba Tuhan, yang sama dalam aspek yang berbeda. Dia mungkin melihat sifat-sifat yang ada pada dirinya sebagai sifat Tuhan dan dia menjadi pendhahir sifat Tuhan secara sempurna. Dia mungkin merasakan pada wujudnya yang satu bertemu Wujud Tuhan dengan wujud alam semesta. Dia mungkin menyaksikan seluruh alam semesta seumpama bola kecil terkandung di dalam hatinya. Dia mungkin melihat badannya sebagai Arasy, rohnya sebagai Roh Muhammad dan zatnya sebagai Zat Tuhan. Dia mungkin juga melihat ilmunya sebagai Ilmu Tuhan dan bakat dirinya sebagai malaikat.
Bila dikuasai oleh rasa kelarutan dalam Hakikat Insan Kamil dia mungkin melihat dirinya berada pada satu falak di atas daripada falak yang ada makhluk yang lain. Malaikat, jin dan yang lain-lain mungkin dilihatnya berada di bawah daripada falak dirinya. Dia mungkin melihat bakat dirinya bergerak melalui makhluk yang lain. Jika dia berada dalam satu kumpulan pekerja dia mungkin melihat bakat dan daya upayanya berada pada setiap pekerja tersebut.
Suasana hati yang bergabung dengan Hakikat Insan Kamil mungkin membuat seseorang melaungkan “Ana al-Haq!�?. Ucapan “Ana al-Haq�? pada peringkat ini berbeda daripada ucapan Ana al-Haq , dahulu si hamba semata-mata menjadi alat dan Tuhan Pengguna alat. Si hamba tidak melihat ucapan tersebut sebagai ucapannya. Dia menyaksikan Kalam Tuhan yang keluar daripadanya. Pada peringkat Hakikat Insan Kamil pula ucapan “Ana al-Haq�? dilafazkan dalam keadaan ada kesadaran diri. Kesadaran tersebut membuatnya melihat ucapan itu sebagai ucapan Tuhan dan juga ucapan dirinya yang bersatu dengan Tuhan. Apa yang dia ucapkan itulah yang Tuhan ucapkan, dan apa yang Tuhan ucapkan itulah yang dia ucapkan. Beginilah keadaan yang berlaku kepada orang yang larut dalam Insan Kamil.
Ramai orang menyangkakan Insan Kamil adalah penghabisan jalan. Mereka jadikan Insan Kamil sebagai makam mereka.
Semua keturunan Adam a.s dinamakan manusia. Dalam bangsa manusia itu ada golongan yang sempurna dinamakan manusia yang sempurna. Dalam golongan manusia yang sempurna itu ada kumpulan yang menjadi Nabi dan Rasul. Bangsa manusia secara keseluruhannya dikuasai oleh Hakikat Insan. Golongan manusia yang sempurna itu pula dikuasai oleh Hakikat Insan Kamil. Dalam golongan manusia yang sempurna itu, yang menjadi nabi dan rasul dikuasai pula oleh Hakikat Muhammad.
Hakikat-hakikat, termasuklah Insan Kamil, bukanlah makhluk yang ada dalam alam. Hakikat adalah urusan Tuhan. Insan Kamil adalah urusan Tuhan yang menguasai satu kumpulan manusia yang sempurna kehambaannya kepada Allah s.w.t. Insan Kamil yang asli, yang ada pada sisi Tuhan tidak berupa, tidak berbentuk, tidak berwarna, tidak menempati ruang dan zaman dan juga tidak bernama. Manusia-manusia sempurna yang muncul di atas muka bumi bolehlah dikatakan salinan lengkap kepada Insan Kamil yang asli. Manusia yang paling sempurna, menjadi salinan Insan Kamil yang paling sempurna menerima penguasaan sepenuhnya daripada Hakikat Muhammad dan beliau adalah Nabi Muhammad s.a.w. Manusia-manusia sempurna yang lain, walaupun sempurna tetapi kesempurnaan mereka tidak mencapai tahap kesempurnaan Nabi Muhammad s.a.w. Mereka tidak menerima penguasaan Hakikat Muhammad secara lengkap, selengkap Nabi Muhammad s.a.w. Oleh itu hanya Nabi Muhammad ! s.a.w saja yang bernama Muhammad, yang lain bernama Ibrahim, Musa, Isa, Nuh dan lain-lain. Manusia sempurna yang lain tidak mengaku diri mereka sebagai Muhammad walaupun mereka juga menerima maklumat daripada Hakikat Muhammad. Sejak Nabi Adam a.s sampailah kepada Nabi Isa a.s tidak ada seorang Nabi pun yang mengaku menjadi Muhammad. Kumpulan manusia yang sah kesempurnaan mereka tidak mengaku menjadi Muhammad atau bersekutu dengan Muhammad. Jika ada orang yang mengaku menjadi Muhammad atau bersekutu dengan Muhammad, baik secara zahir atau secara batin, maka nyatalah mereka telah keliru dalam memahami hakikat.
Salinan Insan Kamil yang paling sempurna dalam kumpulan Nabi-nabi adalah Nabi Muhammad s.a.w, penutup Kenabian. Salinan Insan Kamil yang sempurna dalam kumpulan wali-wali adalah Muhammad Imam Mahadi, penutup kewalian. Muhammad Imam Mahadi tinggal di dalam dunia dan menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya oleh Allah s.w.t. Bila tugas tersebut selesai beliau kembali ke rahmatullah. Pada ketika itu salinan Insan Kamil tidak akan muncul lagi ke dunia. Bila salinan Insan Kamil tidak ada lagi di dalam dunia maka tertutuplah ilmu ketuhanan. Tidak ada lagi manusia yang mengenal Allah s.w.t. Pada ketika itu berlakulah kiamat besar.
Ada beberapa perkara lagi perlu diketahui berhubung dengan daerah Insan Kamil yang selalu diperkatakan apabila bercakap mengenainya. Insan Kamil dikatakan bersemayam di dalam Kaabatullah. Kaabatullah selalu disebut dalam memperkatakan tentang hakikat. Ada orang mengatakan dia bersembahyang menghadap Kaabatullah. Ada pula yang mengatakan dia bersembahyang di dalam Kaabatullah. Yang lain pula mengatakan dia sembahyang dengan ketiadaan Kaabatullah. Ada juga orang mengatakan dia menemui Rasulullah s.a.w di dalam Kaabatullah. Berbagai-bagai lagi keadaan Kaabatullah yang diceritakan orang dalam menggambarkan suasana hakikat.
Kaabatullah yang dikatakan seperti cerita di atas merupakan suasana simbolik bagi menggambarkan keadaan hubungan hati dengan Allah s.w.t. Umat Islam bersembahyang menghadap Kaabatullah bukan bermakna mereka menyembah Kaabatullah dan bukan juga Allah s.w.t berada dalam Kaabatullah. Allah s.w.t memilih Kaabatullah sebagai tempat yang boleh dirasakan kehadiran-Nya dengan kuat. Jadi, Kaabatullah dihubungkan dengan Hadrat Ilahi. Berhadap ke Kaabatullah bermakna menghadap kepada Hadrat-Nya.
Di dalam suasana hakikat, Kaabatullah menjadi misal bagi suasana ketuhanan. Bila dikatakan Insan Kami bersemayam di dalam Kaabatullah ia bermaksud Insan Kamil adalah suasana ketuhanan, berada dalam Ilmu Tuhan. Orang yang bersembahyang di dalam kesedaran melihat Kaabatullah berada di hadapannya. Orang yang di dalam zauk merasakan berada di dalam Kaabatullah. Orang yang baqa dengan Allah s.w.t tidak melihat kepada Kaabatullah. Orang yang ‘memasuki’ Ilmu Allah, mengenali suasana Hakikat Muhammad dan mengambil ilmu daripada sumber tersebut, menggambarkannya sebagai berjumpa dengan Rasulullah s.a.w di dalam Kaabatullah dan menerima pengajaran daripada baginda s.a.w. Pengalaman-pengalaman yang disebut di atas merupakan pengalaman dalam ‘misal kepada hakikat’.
Penyaksian terhadap rupa, bentuk, cahaya dan warna adalah penyaksian kepada misal bagi hakikat-hakikat. Apa yang disaksikan itu menjadi cermin yang membalikkan kefahaman tentang hakikat yang tidak boleh disaksikan. Rasulullah s.a.w melihat pada malam Israk dan Mikraj, bentuk misal kesenangan dan kemewahan dunia sebagai perempuan cantik dan umur dunia yang sudah lanjut sebagai perempuan tua. Kedua-duanya menceritakan tentang hakikat dunia tetapi berlainan rupa bagi menceritakan maksud yang berbeda.
Hakikat boleh diibaratkan sebagai cahaya dan cermin sebagai Alam Misal. Jika benda nyata diletakkan di hadapan cermin dan cahaya dipancarkan kepadanya, akan kelihatanlah gambaran benda nyata itu di dalam cermin. Gambaran yang kelihatan di dalam cermin itu menyatakan bahawa pada benda nyata itu ada pancaran cahaya. Cahaya disaksikan dalam bentuk benda-benda nyata. Bentuk benda-benda nyata itu menjadi misal kepada cahaya, menceritakan bahawa di sana ada kehadiran cahaya. Tetapi benda nyata dan gambaran benda nyata yang kelihatan atau bentuk misal itu bukanlah cahaya. Cahaya tetap dalam keadaan aslinya yang tidak ada rupa dan warna. Ada orang yang tidak membedakan bentuk misal dengan cahaya yang asli. Orang yang tidak membedakan bentuk misal dengan hakikat kepada yang dimisalkan itu memahamkan hakikat ketuhanan mempunyai wajah-wajah tertentu.
Hakikat Insan Kamil adalah umpama cahaya yang hening. Hati insan umpama cermin yang jernih. Orang yang memandang ke dalam cermin hatinya bersuluhkan cahaya Hakikat Insan Kamil akan menyaksikan wajahnya sendiri di dalam cermin itu, lalu dia menyangkakan bahawa itulah wajah Insan Kamil yang asli, dan itu jugalah wajah Tuhan yang tidak dibedakan dengan Insan Kamil. Jika orang Hindu menyembah tuhan dalam rupa monyet orang tadi menyembah Tuhan dalam rupa dirinya sendiri. Lama-lama orang Hindu menyembah monyet, tidak lagi menyembah Tuhan. Lama-lama orang tadi menyembah dirinya, tidak lagi menyembah Tuhan. Inilah yang selalu terjadi kepada orang yang berjalan kepada hakikat tanpa membawa syariat.
Orang yang berjalan pada jalan kerohanian perlu melepasi bentuk-bentuk misal. Lepaskan apa juga yang sampai kepada penyaksian. Nafikan dengan kalimah “La ilaha illa Llah�?. Orang yang berjaya melepasi bentuk-bentuk misal tersebut akan sampai kepada Penyaksian Hakiki, yaitu menyaksikan tanpa rupa, bentuk, cahaya, warna dan wajah. Pada Penyaksian Hakiki juga tidak ada suara, tidak ada huruf. Penyaksian berlaku kepada mata keyakinan. Si hamba yang menyaksikan dengan mata keyakinan mengucapkan: “Sesungguhnya hatiku tidak berasa syak lagi bahawa Engkau yang daku pandang tanpa rupa, tanpa bentuk, tanpa cahaya, tanpa warna, tanpa suara dan tanpa huruf�?. Itulah keadaan memandang dengan tiada sesuatu yang dipandang, tahu tanpa sesuatu pengetahuan dan kenal tanpa sesuatu pengenalan. Penyaksian akal dinamakan ilmul yaqin. Penyaksian mata hati dinamakan ainul yaqin. Penyaksian mata keyakinan dinamakan haqqul yaqin. Haqqul yaqin meru! ntuhkan segala pengetahuan dan penyaksian kerana sesungguhnya Tuhan adalah:
Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya
Keyakinan terhadap Allah s.w.t adalah:
Dan Dia Mendengar dan Melihat
Jika seseorang mau cepat sampai ke matlamat hendaklah bersegera melepaskan bentuk-bentuk misal yang sampai kepada penyaksiannya. Berpindahlah kepada Penyaksian Hakiki. Tanda seseorang sudah memiliki Penyaksian Hakiki adalah dia dapat melihat hakikat ketuhanan pada dua perkara yang bertentangan dengan sekali pandang. Nama, rupa, bentuk, cahaya dan warna tidak menghijab pandangannya untuk menyaksikan hakikat atau Rububiah. Makrifat tentang nama-nama Tuhan penting bagi memperolehi Penyaksian Hakiki. Jika Yang Menghidupkan tidak menghijab Yang Mematikan, Yang Menaikkan tidak menghijab Yang Menjatuhkan, Yang Memberi tidak menghijab Yang Menahan, Yang Awal tidak menghijab Yang Akhir, Yang Zahir tidak menghijab Yang Batin, maka yang disaksikan pada setiap masa dan dalam semua suasana adalah Yang Maha Esa. Apabila mata ilmu dan mata hati tidak menutup mata keyakinan maka yang disaksikan adalah Yang Haq!
Tidak semua orang yang memasuki daerah Hakikat Insan Kamil akan terdorong kepada suasana bersatu dengan Tuhan. Si hamba yang telah mengalami suasana kehadiran kenabian dan mengalami pula suasana keesaan Tuhan akan sentiasa dibayangi oleh rasa kehambaan kepada Tuhan. Pertembungan dengan Hakikat Insan Kamil tidak menyebabkan berlakunya perlarutan. Suasana Hakikat Insan Kamil dialaminya sebagaimana mengalami suasana Hadrat kenabian dan Hadrat ketuhanan. Si hamba tidak mengalami suasana menjadi Insan Kamil atau menjadi Tuhan atau bersatu dengan Tuhan. Insan Kamil merupakan salah satu Hadrat yang dialaminya dan melalui pengalaman tersebut dia mengerti maksud Insan Kamil.
Orang yang berjalan pada jalan kehambaan akan menetap sebagai hamba, tidak berubah menjadi Adam atau Muhammad atau Insan Kamil atau Tuhan. Sepanjang perjalanan dia berada dalam suasana dia yang menyaksikan dan melalui penyaksian tersebut dia memperolehi pengetahuan dan pengenalan (ilmu dan makrifat) tanpa melepaskan pandangan kepada “Allah Yang Maha Esa�? dan “Tiada sesuatu serupa dengan-Nya�?. Melalui jalan kehambaan kehadiran kenabian, kehadiran Hakikat-hakikat Insan, Muhammad dan Insan Kamil dan juga kehadiran Tuhan berperanan sebagai Pembimbing. ‘Pertemuan’ dengan Hadrat-Hadrat tersebut memperkuatkan Petunjuk Ghaib dalam dirinya. Juru-bicara dalam dirinya sentiasa memberi peringatan. Dia diperingatkan agar berjalan terus, jangan berhenti walaupun dijanjikan syurga atau dihalang oleh neraka, walaupun dibukakan suasana Hakikat-hakikat. Semua itu untuk diketahui dan untuk dikenal, bukan tempat untuk bermakam.
Dalam suasana Hakikat Insan Kamil, seseorang biasa berjumpa dengan hakikat maut yaitu mengalami suasana Izrail. Boleh juga dikatakan jika seseorang itu tidak mengalami suasana Izrail dia tidak memasuki daerah Insan Kamil dengan sepenuhnya. Dia mungkin berjalan di bawah bayangan daerah itu sahaja.
Manusia biasa naik ke langit melalui jalan biasa yang dilalui oleh semua orang, yaitu jalan mati. Orang yang memasuki daerah Hakikat Insan Kamil juga mengalami kematian, tetapi bukan kematian tubuh badan. Kematian yang berlaku di sana adalah kematian secara kebatinan, yaitu merasai kehadiran Maut. Dia mungkin merasai suasana kematian beberapa kali pada alam kebatinannya. Pengalaman yang demikian membuka penutup pada hati. si hamba telah menghadapkan dirinya kepada maut. Pada ketika itu dia menuju kepada pengecilan kesedaran terhadap diri sendiri. Ia menjadi lonjakan untuk mencapai stesen yang berikutnya. Tetapi pengalaman tersebut tidak banyak memberi pengertian kepada dirinya. Dalam daerah Hakikat Insan Kamil pula si hamba sedang menuju ke arah pembesaran kesedaran terhadap diri sendiri. Oleh itu setiap pengalaman menarik perhatiannya. kehadiran Maut pada daerah Insan Kamil memperjelaskan pengalaman . Dalam daerah! Insan Kamil ini si hamba merasakan sangat hampir dengan Maut. Biasa terjadi pada peringkat ini dia mendapat firasat mengenai kematian orang-orang tertentu dan kemudiannya ternyata firasat tersebut adalah benar. Keadaan ini bersifat sementara saja. Apabila dia meninggalkan daerah Insan Kamil dia keluar juga daripada Hadrat Maut itu dan firasat tentang kematian tidak ada lagi.
Apabila Hadrat Maut dan Hadrat Insan Kamil bertemu pada satu daerah, pada satu hati, suasana kehambaan akan menetap dan terhindarlah suasana ketuhanan. Hadrat Maut memperlihatkan kedaifan, kehinaan dan kejahilan si hamba. Hadrat Insan Kamil memperlihatkan kekuasaan, kemuliaan dan kebijaksanaan Tuhan. Orang yang benar-benar menyaksikan keagungan Tuhan adalah orang yang sedang menghadapi sakratul maut. Keadaan ini samalah seperti keadaan orang yang menerima uang satu juta dan pada masa yang sama dia mengetahui bahwa dia menghidapi penyakit kanser yang akan membawanya kepada maut. Begitulah umpamanya keadaan hati yang merasai Hadrat Maut dan Hadrat Insan Kamil pada satu masa. Dia diperlihatkan kekerdilan dirinya sebagai hamba Tuhan dan keagungan Allah s.w.t sebagai Tuhan. Bertambah kuatlah rasa kehambaan pada dirinya. Jadi, Hadrat Insan Kamil yang menyebabkan sebahagian orang mengalami suasana bersatu dengan Tuhan boleh ju! ga menambahkan rasa kehambaan. Si hamba yang bertambah rasa kekerdilan diri dan kehambaannya kepada Tuhan bermunajat kepada Tuhan dengan penuh tawaduk

Pusi PENCARIAN


 
Paling aku tidak mengerti 
bagaimana mahu menyeru-Mu 
jika nama juga hijab 
antara Engkau dengan aku.
Engkau esa 
tiada hijab menemani Mu 
mana mungkin Engkau terhijab.

Berapa banyak hati sudah hancur luluh 
dalam merindui Mu 
berapa banyak fikiran telah berkecai 
dalam mencari Mu.

Engkau dekat 
tetapi bila didekati Engkau menjauh 
bila berhenti Engkau melambai 
bila dikejar Engkau menjauh kembali.

Bila aku di tangga rumah Mu 
Engkau menutup pintu 
bila aku undur 
Engkau membuka jendela 
bila aku mengintai 
Engkau melabuhkan langsir.

Dalam kepayahan ini 
daku perlukan penawar 
penawar itu ada pada tangan Mu 
namun aku malu menghulurkan tanganku yang cemar 
untuk disambut oleh tangan Mu yang suci.

Aku tidak tergamak meminta Engkau menjadi teman 
kerana aku tidak pernah membuktikan kesetiaan sebagai sahabat 
namun hatiku gila kepada Mu 
tetapi aku malu memanggil Engkau kekasih 
kerana aku tersangat hodoh dan hina.

Janganlah Engkau murka 
lantaran si hodoh dan hina ini mengasihi Mu.

Wajahku yang hodoh dan hina 
tidak layak Engkau tatapi 
Wajah Mu yang cantik berseri 
tidak layak aku tatapi 
di atas tangga rumah Mu aku terlena 
dengan harapan mataku tidak terbuka lagi 
kerana aku tidak tahan merindui Mu.

Izinkan daku bermalam di tangga rumah Mu 
dan memejam mataku di situ 
agar apabila Engkau membuka pintu 
Engkau memandang kepada ku 
walaupun daku tidak memandang kepada Mu.

Puisi ILMU DAN MAKRIFAT


Wahai yang tidak aku kenali 
ku panjat gunung yang tinggi 
sangkaku Engkau berada di puncaknya 
namun tidak ku temui Engkau di sana.
Lalu aku terjun dari puncak gunung 
jika Engkau ada pasti Engkau tidak membiarkan daku.

Tangan Kudrat Iradat-Mu menyambar ku 
aku terbang dengan sayap Rahmani-Mu 
mengembara ke seluruh alam maya 
namun tidak ku temui Engkau di dalam alam.

Hatiku mengatakan Engkau ada 
lalu aku keluar daripada alam 
dan aku terjun ke dalam hatiku.

Di sana aku temui kebodohanku 
bodohnya aku menyangka akulah Aku 
sedangkan Dia jualah Aku 
dan aku tiada beserta Dia.

Bila aku tiada beserta Dia 
tinggallah Dia sendirian 
rindulah Dia kepada diriku 
lalu Dia terjun ke dalam hatinya 
di sana Dia berjumpa Aku 
Aku menyambutnya dengan tersenyum.

Aku dan Dia 
Dia dan Aku 
bukan dua dan bukan Satu 
satu masih berbentuk 
masih berjarak titik atas dengan bawah 
sedangkan Aku dan Dia 
tiada antara 
bukan juga titik yang halus 
titik yang halus masih menempati ruang 
sedangkan Aku dan Dia 
tiada rupa tiada bentuk tiada ruang tiada zaman.

Aku adalah Dia 
Dia adalah Aku 
tiada beza antara Aku dan Dia 
bila aku cuba mengenali Dia 
aku tidak kenal lagi diriku 
aku tidak kenal lagi diri Dia 
bila dia cuba mengenali diriku 
dia tidak kenal lagi dirinya 
dia tidak kenal lagi diriku.

Tiada lagi kenyataan 
tiada juga keghaiban.

Pengenalan sebenar adalah tidak kenal 
pengetahuan sebenar adalah tidak tahu.

Aku adalah rahsia Dia 
Dia adalah rahsia Aku 
usah diganggu rahsia ini.

Isteri isteri Nabi Muhammad saw


Berikut ini nama-nama isteri Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam dan sekilas penjelasannya.

1. SITI KHADIJAH
Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi SAW.
Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda. Lima belas tahun setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat menjadi Nabi, yaitu pada umur 40 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 621 A.D, dimana tahun itu bertepatan dengan Mi’raj nya Nabi Muhammad SAW ke Surga. Nabi SAW sangatlah mencintai Khadijah. Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah Nabi SAW baru mau menikahi wanita lain.

2.SAWDA BINTI ZAM’A
Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam’a sudah 65 tahun, tua, miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa Nabi SAW menikahinya.

3. AISHA SIDDIQA
Seorang perempuan bernama Kholeah Bint Hakeem menyarankan agar Nabi SAW mengawini Aisha, putri dari Aby Bakrs, dengan tujuan agar mendekatkan hubungan dengan keluarga Aby Bakr.
Waktu itu Aishah sudah bertunangan dengan Jober Ibn Al Moteam Ibn Oday, yang pada saat itu adalah seorang Non-Muslim. Orang-orang di Makkah tidaklah keberatan dengan perkawinan Aishah, karena walaupun masih muda, tapi sudah cukup dewasa untuk mengerti tentang tanggung jawab didalam sebuah perkawinan.
Nabi Muhammad SAW bertunangan dulu selama 2 tahun dengan Aishah sebelum kemudian mengawininya.
Dan bapaknya Aishah, Abu Bakr pun kemudian menjadi khalifah pertama setelah Nabi SAW meninggal.

4. HAFSAH BINTI UMAR
Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke dua. Pada mulanya, Umar meminta Usman mengawini anaknya, Hafsah. Tapi Usman menolak karena istrinya baru saja meninggal dan dia belum mau kawin lagi.
Umar pun pergi menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya Umar pun mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya.
Nabi SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah demikian juga Usman akan menikah lagi.
Akhirnya, Usman mengawini putri Nabi SAW yiatu Umi Kaltsum, dan Hafsah sendiri menikah dengan Nabi SAW.
Hal ini membuat Usman dan Umar gembira.

5. ZAINAB BINTI KHUZAYMA
Suaminya meninggal pada perang UHUD, meninggalkan dia yang miskin dengan beberapa orang anak. Dia sudah tua ketika nabi SAW mengawininya. Dia meninggal 3 bulan setelah perkawinan yaitu pada tahun 625 A.D.

6. SALAMA BINTI UMAYYA
Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al Mogherab, meninggal dunia, sehingga meninggalkan dia dan anak-anaknya dalam keadaan miskin.
Dia saat itu berumur 65 tahun. Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya meminta dia mengawini nya, tapi karena sangat cintanya dia pada suaminya, dia menolak.
Baru setelah Nabi Muhammad SAW mengawininya dan merawat anak-anaknya, dia bersedia.

7. ZAYNAB BINTI JAHSH
Dia adalah putri Bibinya Nabi Muhammad SAW, Umamah binti Abdul Muthalib. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW sudah mengatur agar Zaynab mengawini Zayed Ibn Hereathah Al Kalby.
Tapi perkawinan ini kandas tidak lama, dan Nabi menerima wahyu bahwa jika mereka bercerai nabi mesti mengawini Zaynab (surat 33:37).

8. ALJUAYRIYA BINTI HARITH
Suami pertamanya adalah Masafeah Ibn Safuan.
Nabi Muhammad SAW menghendaki agar kelompok dari Juayreah (Bani Al Mostalaq) masuk Islam. Juayreah menjadi tahanan ketika Islam menang pada perang Al-Mustalaq (Battle of Al-Mustalaq) .
Bapak Juayreyah datang pada Nabi SAW dan memberikan uang sebagai penebus anaknya, Juayreyah. Nabi SAW pun meminta sang Bapak agar membiarkan Juayreayah untuk memilih.
Ketika diberi hak untuk memilih, Juayreyah menyatakan ingin masuk islam dan menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir. Akhirnya Nabi pun mengawininya, dan Bani Almustalaq pun masuk islam.

9. SAFIYYA BINTI HUYAYY
Dia adalah dari kelompok Jahudi Bani Nadir.
Dia sudah menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian menikahi Nabi SAW.
Cerita nya cukup menarik, mungkin Insya Allah akan disampaikan terpisah.

10. UMMU HABIBA BINTI SUFYAN
Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish.
Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW. Aubed Allah meninggak di Ethiopia. Raja Ethiopia pun mengatur perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan nabi SAW pada 1 AH, tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama Nabi SAW di Madina, ketika nabi 60 tahun dan dia 35 tahun.

11. MAYMUNA BINTI AL HARITH
Suami pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey.
Dia masih berumur 36 tahun ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60 tahun.
Ketika Nabi SAW membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia datang menemui Nabi SAW, masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya.
Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk merima Islam dan nabi SAW.

12. MARIA AL QABTIYYA
Dia awalnya adalah orang yang membantu menangani permasalahan dirumah Rasullullah yang dikirim oleh Raja Mesir. Dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim. Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. Tiga tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan Maria akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu, Umar bin Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-Baqi.

Rahsia ayat Kaf 40


          Hizbul Kaf atau Hizib Kaf Empat Puluh ini adalah antara amalan rahsia orang-orang tua kita dahulu. Ianya ibarat berlian segunung, sangat berharga dan menjadi buruan penuntut ilmu hikmah pada zaman sekarang, kerana bukan senang untuk mencari dan menemukan orang yang memiliki hizib ini. Jikalau dapat bertemu pun, belum tentu dia akan diajar dan diijazahkan. Hal ini kerana sudah menjadi resam orang-orang tua melayu, “meletakkan sesuatu yang berharga, biarlah kena pada tempatnya”, kerana takut ilmu itu disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Lebih-lebih lagi pada zaman yang serba moden dan canggih ini, ramai manusia yang dengan terlalu mudah membuat penilaian dan melabelkan ilmu hikmat dengan ilmu sesat, ilmu hitam, sihir, syirik dan pelbagai lagi tuduhan dan tohmahan yang tidak bertanggungjawab. Walhal dia sendiri tidak tahu dan tidak menyelidiki apakah hakikat ilmu yang dilabelkan dengan sesat itu. Maka jadilah orang yang tidak belajar dan mengetahui hal ilmu kerohanian dan hikmat, membuat penilaian yang bukan-bukan berbanding dengan orang yang belajar dan mengetahuinya.
Kaf empat puluh ini ada mempunyai empat puluh khasiat dan kegunaan. Bahkan khasiatnya dikatakan lebih dari itu. Hizib ini mempunyai beberapa riwayat yang sedikit berbeza, tetapi jumlah huruf kafnya tetap cukup empat puluh. Bahkan ada yang sampai lima puluh kafnya. Sebelum mengamalkannya adalah lebih baik kita mengambil ijazah dahulu daripada ahlinya.
Kata orang-orang tua Kelantan, Hizib yang berbahasa Suryani ini adalah ilmu Rijalul Ghaib. Hizib ini 80% hampir sama dengan hizib Nabi Nuh. Kalimat-kalimatnya mirip seperti sebuah syair kuno yang amat sukar untuk diterjemah dan difahami. Namun begitu, supaya mujarab dan cepat mustajabnya, hendaklah diamalkan setiap hari berturut-turut sehingga sampai empat puluh hari, atau yang sebaiknya diistiqamahkan sepanjang hayat. Insya-Allah kita sendiri akan dapat merasakan satu kelainan dan dapat merasakan kekuatan energinya (aura).

Matan hizib kaf 40 tak dapat saya masukkan lagi kerana ada masalah.

Kaifiat Amalan

Amalan sebagai Wirid
Jika hendak dijadikan sebagai wirid harian. Sebelum membacanya, hendaklah terlebih dahulu membaca Al-Fatihah niat hadiah kepada Rasulullah SAW, kemudian membaca Selawat sebanyak tiga kali dan Ayatul Kursi satu kali. Kemudian barulah kita membacanya sebanyak tiga kali.
Boleh diwiridkan secara beristiqamah atau berterusan pada waktu pagi dan petang atau tiap-tiap kali selepas selesai solat lima waktu.


Amalan Untuk Riadhah Atau Khalwat
Kaifiatnya seperti berikut :
 Hendaklah berpuasa 3 hari dan mewiridkan kaf 40 sebanyak 7000 kali.
 Berwirid bermula dari subuh dan tamat pada hari ketiga lepas Isyak.
 Berwirid hendalah duduk, lebih utama di atas tanah atau batu. Tidak boleh berdiri semasa beramal.
 Tidak boleh berkata-kata dengan sesiapa pun.
 Hendaklah berwirid di tempat yang berasingan atau jauh dari orang ramai (sunyi)
 Memasang bau-bauan yang wangi.
 Riadhah hendaklah ditamatkan dalam masa 3 hari.
 Pada malam terakhir, akan dihadiri Khadam Ayat Ini. Firasat kita akan dapat mengetahui dan mengesan kehadirannya. Seperti tubuh menjadi bersemangat, keras, suasana malam berangin, sejuk, pendengaran akan lebih sensitif. Itu adalah tanda amalan kita menjadi dan telah berjaya di kuasai. Seterusnya, pelbagai mimpi dan firasat cara-cara pengunaan ayat ini akan anda perolehi insya-Allah.


Khasiat Kaf Empat Puluh
Antara khasiatnya yang dapat saya nukilkan daripada beberapa buah kitab adalah seperti berikut :
(1) Menyerang musuh.
Jika hendak menghadap musuh, maka bacalah Kaf 40 ini sebanyak tiga kali di hadapan tangga dan dihembuskan kekanan, kiri dan hadapan serta genggamkan tangan dan kancingkan gigi. Kemudian berjalan melangkah barulah dilepaskan genggaman tangan itu tadi. Maka teruskanlah berjalan. Insya-Allah terpelihara daripada musuh seteru.
(2) Membutakan mata musuh
Supaya musuh tidak dapat melihat kita, maka bacalah kaf ini sebanyak tiga kali dan hembuskan pada pasir, tanah dan sebagainya. Setelah itu lontarkan pasir tersebut ke arah musuh. Insya-Allah musuh tidak akan dapat melihat kita.
(3) Musuh berlawan sama sendiri.
Bacakan kaf ini sebanyak tujuh kali dan hembuskan pada pasir, kayu, tanah atau sebagainya. Kemudian lontarkan ke arah musuh. Insya-Allah mereka akan berlawan dan berlaga sesama sendiri.
(4) Kelimunan.
Jikalau musuh terlampau ramai, maka bacalah kaf ini sebanyak bilangannya iaitu empat puluh kali pada pasir, tanah, batu, kayu dan sebagainya. Kemudian lontarkan ke arah musuh, nescaya gelap gelitalah pandangan mereka insya-Allah.
(5) Menawarkan Bisa-bisa senjata atau sengatan binatang.
Jika terkena bisa-bisa senjata atau binatang, kaf ini hendaklah dibaca sebanyak tiga kali dan dihembus serta diludahkan ke tempat yang terkena itu. Insya-Allah hilang dan turunlah bisa-bisa itu.
(6) Perempuan lekat uri.
Jika perempuan lekat uri atau mati anaknya di dalam perut, maka bacakan kaf ini sebanyak sembilan kali pada air di dalam tudung periuk tembaga atau pada minyak tanak. Kemudian diberi minum sedikit dan dihembuskan kepada perut perempuan itu. Insya-Allah Taala keluarlah uri atau anak itu.
(7) Memperbanyakkan air susu.
Jikalau perempuan kurang air susunya, bacakan kaf ini sebanyak tujuh kali pada air kemudian sapukan dengan sisir dan diurut-urutkan susunya itu. Insya-Allah susunya akan bertambah banyak. Atau dijampikan pada jantung pisang kelat. Kemudian direbus dan diberi makan kepada perempuan yang bersalin itu, maka susunya akan bertambah.
(8) Menghalau pelesit.
Bagi orang yang kerasukan syaitan, hendaklah dibacakan kaf ini sebanyak tiga kali pada lada hitam yang dipecah-pecahkan sedikit atau dibelah dua. Kemudian letakkan di sebelah atas dan di sebelah bawah ibu jarinya serta dipicit-picit dan ditekan. Insya-Allah akan keluar.
(9) Menahan darah.
Barangsiapa yang luka dan banyak keluar darahnya, bacakan kaf ini sebanyak tiga kali dan dihembus serta diludahkan pada tempat luka itu tadi, nescaya darahnya akan berhenti insya-Allah taala.
(10) Menghilangkan Bisa-bisa binatang.
Jika kita disengat lipan, kala, jengking, ular dan sebarang binatang yang berbisa, samaada yang di darat atau di laut. Hendaklah membaca kaf 40 ini dengan segera dan serta merta selepas disengat itu tiga kali dan dihembus serta diludahkan pada tempat yang disengat. Insya-Allah bisa-bisa itu akan hilang dengan segera. Molek juga dibaca pada air garam dan disapu pada tempat itu.
(11) Menjauhkan bahaya dan gangguan hantu puaka.
Bacalah kaf ini tiga kali ketika hendak tidur, insya-Allah selamat sejahtera dalam perlindungan Allah Taala daripada gangguan dan kekacauan hantu puaka itu. Kalau dibaca kaf ini di tempat yang keras atau berpuaka, insya-Allah sejahtera dari gangguan mereka dan hal ini telah beberapa kali dicuba dan terbukti.(Ada satu hikayat) sewaktu Jepun menjajah Tanah Melayu suatu ketika dahulu, ramai orang yang keluar berniaga ke Bangkok dengan kapal layar atau tongkang. Semasa dalam pelayaran di tengah laut tiba-tiba muncul tiga jenis warna api menghampiri tiang layar. Setelah dilihat oleh anak-anak kapal nyatalah api itu adalah hantu. Jikalau api itu terjun turun ke atas kapal, pastinya kapal itu akan tembus. Semua anak-anak kapal terperanjat dengan kemunculan 3 jenis api itu tadi, lalu membaca beberapa ayat untuk menghalau hantu jembalang, namun api itu tidak juga terpadam. Maka dibacanya pula akan hizib kaf ini, belum lagi habis hizib ini dibaca, api itu pun terus terpadam. Akhirnya baru lah mereka sedar akan kelebihan kaf empat puluh ini.
(12) Sakit mata.
Bacalah Kaf ini lima kali dan hembuskan ke mata yang sakit itu selama tiga atau tujuh pagi. Serta dibuat sedikit air tawar untuk diminum dan dilumur pada mata yang sakit itu. Insya-Allah akan segera sembuh
(13) Terkena lintasan atau sawan.
Bacalah kaf ini tujuh kali pada orang yang terkena lintasan hantu syaitan atau pada kanak-kanak yang sawan dan timang-timangkan kanak-kanak tersebut. Insya-Allah selamat.
(14) Penawar demam.
Baca kaf ini tujuh kali pada air kelapa muda dan diberi minum kepada orang yang demam. Insya-Allah akan segera sembuh.
(15) Kuat Badan.
Sesiapa yang terasa lemah badannya, hendaklah membaca kaf ini tiga kali kemudian disuhud atau tarik nafas dalam-dalam. Insya-Allah kuatlah badannya. Tetapi petua ini tidak boleh dilakukan kerap kali. Hanya jarang-jarang ketika terdesak sahaja.
Dan dilarang sama sekali melakukannya bagi orang yang dibawah umur 25 tahun, kerana takut kepanasan.
(16) Tuju demam kura.
Bacakan kaf ini sembilan kali pada orang yang demam kura. Mulakan dengan bacaan Al-fatihah, selawat tiga kali dan buatkan rajah Lam Alif dengan kapur pada perutnya. Kemudian tekan dengan ibu jari pada lubang rajah Lam Alif itu serta dipulas-pulaskan. Lakukan pengubatan ini sampai tujuh pagi insya-Allah sembuh.
(17) Menumbangkan Tiang Kayu berpenunggu.
Bacalah kaf ini tujuh kali serta ayat ( Walaqad fatannaa Sulaimaana Wa alqaina ’ala kursiyyihi jasadan tsumma anaab ) tujuh kali dalam keadaan mengelilingi pokok atau tiang yang hendak ditebang itu, nescaya larilah hantu syaitan, jin yang menjadi penghuni tiang itu tadi. Maka selamatlah kita daripada gangguan dan kejahatan mereka.
(18) Sakit pinggang
Jika sakit pinggang, bacalah kaf ini tujuh kali pada tiap-tiap pagi. Apabila sampai kepada tempat syaja’nya itu, kepala lutut hendaklah dipalu atau dipukul dengan tangan, manakala tangan yang sebelah lagi hendaklah memalu atau memukul pinggang sejatuh atau serentak dengan perkataan kaf itu. Demikianlah lakukan pada lutut yang sebelah lagi, insya-Allah sembuh.
(19) Memperbanyakkan makanan yang sedikit.
Baca kaf ini 21 kali pada makanan yang sedikit, insya-Allah akan mencukupi untuk tetamu yang ramai.
(20) Menjinakkan binatang liar.
Baca tujuh kali pada sebaldi air dan diberi minum kepada kerbau atau binatang yang liar, insya-Allah ia akan menjadi jinak. Atau dimandikan pada kerbau yang beranak. InsyaAllah susunya akan menjadi.
(21) Pelaris.
Bacalah hizib kaf ini tiap-tiap hari sebanyak 44 kali untuk melariskan perniagaan kita.
(22) Pengebal
Kata orang, antara khasiatnya lagi adalah untuk kekebalan kulit dan kekuatan tulang dari segala jenis benda keras seperti logam. Ilmu kebal secara umumnya bolehlah dibahagikan kepada tiga jenis :
a. Ilmu Kebal Defensif ( kebal ketika diserang sahaja).
b. Ilmu Kebal Atraktif / Demontratif ( khusus untuk demontrasi / dabus, dll ).
c. Ilmu Kebal Pro Aktif ( boleh dipakai di mana sahaja, tanpa mengira waktu, boleh diperlihatkan kepada orang ramai. Kekebalannya sentiasa aktif walaupun tidak diserang).
a. Kategori pertama biasanya daripada aliran ilmu hikmah. Ilmu kebalnya diperolehi melalui pengisian oleh guru , riadah, pertapaan dan lain-lain. Amalan hizib kaf 40 termasuk di dalam kategori ini.
b. Kategori kedua biasanya daripada aliran kebudayaan, ilmu-ilmu kedaerahan. Tiap-tiap daerah memiliki ciri khas ilmu kebal masing-masing. Ilmu itu berasal dari pengisian oleh guru atau amalan wirid dan riadah
c. Kategori ketiga inilah yang paling ekstrim, biasanya kekuatan ilmu berasal daripada mustika alam atau batu permata yang memiliki kekebalan alami seperti rantai bumi, batu badar besi, besi kuning dan lain-lain. Biasanya kebal kategori ini sering disalahgunakan oleh orang-orang jahat dan tidak bertanggungjawab.
Diceritakan bahawa pahlawan masyhur Si Pitung juga memakai hizib kaf 40 ini sebagai azimat. Menjadikan dirinya kebal dari sebarang jenis senjata. Kata orang, ilmunya itu dituntut daripada Al Habib Husein Al Idrus. Wallahua’lam.
(23) Pelembut Besi
Jikalau kita melakukan riadah hizib kaf 40 ini, pada hari terakhir riadah, kita hendaklah memegang sebatang besi. Semasa mewiridkan hizib ini kita hendaklah memicit-micit besi itu. Jikalau besi itu jadi lembut seperti kita memicit batang lilin, maka itulah tandanya amalan kita telah berhasil dan menjadi.
(24) Orang Gila
Bacalah hizib ini kepada orang gila beberapa kali sehingga hilang gilanya. Insya-Allah berkat ikhtiar.
(25) Meredakan ribut dan ombak besar.
Bacalah hizib ini tiga kali dan tiuplah ke arah ribut atau ombak besar itu.
Insya-Allah ribut dan ombak besar itu akan reda.
(26) Hendak Masuk Hutan.
Jika kita hendak masuk hutan, bacalah terlebih dahulu hizib ini di tepi hutan sebelum masuk. Insya-Allah selamat daripada segala kejahatan yang ada di dalam hutan itu.
(27) Perang Sabil .
Jika berlaku peperangan, pengamal mampu memimpin 40 orang pengikut dengan selamat pulang dan pergi. Insya-Allah.
(28) Pendinding
Hizib ini mujarab untuk dibuat pendinding, samaada daripada kejahatan jin, manusia atau binatang buas. Lebih utama dibaca selepas Ayatul Kursi lalu ditiup ke tujuh arah dengan niat memagar diri sejauh mata memandang. Insya-Allah selamat daripada gangguan.

Versi kedua kaf 40

Versi kedua kaf 40 ini ada penambahan pada akhirnya. Menjadikan jumlah bilangan kafnya 55, berikut adalah matannya :

كفاك ربك كم يكفك وكفة
كفكافها ككمين كنا من كلك
تكر كرا ككر الكر في كبيد
تهك مشكشكة كلك لك الكلك
كفاك مبي كفا الكفي كربتهم
يا كوكبا كنا يهكي كوكب الفلك (ك 40)
ككر يرة كفكم كالكهف فكم لكم
ككأ كائن كبيد يكفي كم الكاف (ك 55)
“ Kafa ka rabbuka kam yakfika wakifatan
kifka fuha kakaminin kana min kalakin
takirru karran kakarril karri fi kibidin
tahki musyaksyakatan kallak lakil kalak
kafa ka mabi kafal kafa kurbatuhum
ya kaukaban kana yahki kaukabalfalak -(kaf40)
kakur yaratin kaffukum kalkahfi fukom lakom
kaka’ ka i’n kibidin yakfi kumul kaf ” -(kaf 50).


Penutup
Alhamdulillahi hamdan katsiran. Wahai saudara-saudaraku. Apabila amalan hizbul kaf ini telah sebati dan jazam dalam diri kita, maka ia akan menjadi doa 1001 guna mengikut niat kita insya-Allah.
وصلى الله على سيدنا محمد وعلي آله وصحبه وسلم
والحمدلله رب العالمين

Perjalanan Sufi


Latarbelakang
Seorang Sufi biasanya dia tidak mengaku dirinya Sufi. Yang pasti , seseorang yang tidak dibimbing oleh seorang atau lebih Nabi a.s tidak selayaknya menganggap dirinya Sufi. Terkadang , mereka yang sampai ke maqam yang tiada maqam pun hanya mengaku dirinya salik (pemula jalan kesufian). Mereka yang dibimbing sampai ke maqam yang tiada maqam tentunya diajari oleh Allah s.w.t sendiri.
Perjalanan Hidup Ahli Sufi
Selalunya mereka akan melalui inisiasi (initiation) contohnya pada awal perjalanan mereka akan bermimpi musyafahah ( bersalam) dengan ummahatul mukminin Saidatina Aisyah ( dalam kes Sh. Abdul Qadir Jilani rah. beliau bermimpi menyusu ( sebagai seorang bayi) dengan Saidatina Aishah r.anha) . Dalam perjalanan peningkatan maqam , mereka akan dihadiahkan khirqah atau jubah oleh guru mursyid mereka – dalam kes Sh. Al-Busiri ( pengarang Selawat Burdah) beliau bermimpi berjumpa Rasulullah s.a.w langsung diberi hadiah sehelai burdah kepadanya. Mereka diajari oleh Allah s.w.t untuk mengamalkan zikir dan wirid berdasarkan pemerhatian (pembukaan) yang telah ditunjuki oleh Allah s.w.t , contohnya mereka akan melihat jasad mereka yang sedang sakaratul maut memberi salam “ Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ilayaumilkiyamah” ( kaki kanan beri salam kepada kaki kiri , tangan kanan memberi salam kepada tangan kiri dan seterusnya) – maka , mereka pun menggunakan salam ini kepada orang-orang yang dikasihi mereka.
Allah s.w.t akan memberi nama rahsia kepada mereka sebab nama yang diberikan oleh ibubapa mereka tidak menepati kehendak Allah s.w.t atau mungkin Allah sengaja ingin merahsiakan nama mereka dikalangan manusia sendiri. Ini dibuktikan dengan pelbagai riwayat dimana nama para anbiya’ termasuk nama Rasulullah s.a.w sendiri diberi oleh Allah s.w.t melalui mimpi . Dikalangan sahabat nama Saidina Ali kar. juga diberi oleh Allah s.w.t kepada ibunya melalui mimpi. Dalam perjalanan hidupnya mereka akan mengalami mikraj – seperti Nabi s.a.w sebab perkara ini adalah sunnah . Ada beberapa mod mikraj : satu mikraj dalam mimpi , satu lagi ketika melaksanakan solat (selalunya akan berada di Sidratul Muntaha ) dan satu lagi ketika melakukan zikir atau dalam keadaan pengsan sebab rindu-dendam kepada Allah s.w.t ( selalunya ke bawah Arsy ). Isra’ pula selalunya dilaksanakan ketika solat juga iaitu menghantar roh memasuki Kaabah .
Seseorang ahli Sufi itu akan mencapai haqqul yakin sebab Allah s.w.t memberi peluang untuk dia melihat surga, neraka , Sidratul Muntaha ( dan melihat penempatannya di situ) titian syirat dan lain-lain. Sebahagian besar menyingkapan ini berlaku ketika ahli Sufi ini melakukan zikir atau puji-pujian kepada Allah atau ketika membaca Selawat , samada diiringi oleh para malaikat , dibawa oleh Nabi s.a.w atau para sahabat baginda dan para wali qutub. Dia akan dibimbing oleh gurunya untuk melaksanakan solat daim ( sentiasa membawa zikir ) dan duduk dalam keadaan sentiasa fana’ atau lebih tinggi lagi fana’ baqa’ billah. Dia tahu kedudukan menginati Allah s.w.t diwaktu pagi dan diwaktu petang sebab dia dapat meletakkan kepentingan itu untuk melihat wajah Allah (masimum dua kali dalam sehari ) disruga nanti. Dia dapat menyelami keadaan mengapa jika kita buat satu bulatan ( contohnya ketika bertahlil atau membaca Yasin) tidak dibenarkan seseorang duduk di dalam bulatan itu- apa yang ada di tengah bulatan itu dapat dilihatnya.
Keadaan ( atau hal ) seorang Sufi
Seseorang ahli Sufi dapat membuktikan apa yang orang awam selalu ditanya dan tidak dapat menjawab : apa buktinya Fatihah itu Ummul Kitab? Dengan membaca Fatihah kepada seseorang Nabi a.s atau malaikat , Nabi a.s atau malaikat itu terus hadir dihadapannya –itulah pembuktiannya. Hal atau keadaan seorang Sufi sentiasa menuju kea rah insanul kamil (atau nafsu kamaliyah). Jika dia berada lama dalam hal ini , diharus turun balik ke nafsu mutmainnah kerana menjadi tugasnya untuk bercampur dengan manusia dan menyebarkan misinya untuk membawa manusia mengenal Allah s.w.t. Dia membawa nubuwwah dalam wilayah , kerana wilayah itu lebih am (general) dari nubuwwah. Dia rapat dengan al-Quran dan memahami hakikat al-Quran dalam dirinya – itu sebabnya akalnya bernama aqal Qur’ani ( ini terbukti mengikuti sunnah sebab Nabi Muhammad s.a.w sendiri dihuraikan oleh Saidatina Aisyah r.a sebagai Quran berjalan) . Antara hal-hal yang pelik berlaku ialah Quran turun dari langit terus masuk ke kepala dan dadanya ( dua peristiwa yang berbeza) selalu pada suatu malam Jumaat atau ketika waktu khutbah Jumaat . Dengan prasyarat (dalam bentuk tajalli ini) ini dia akan dapat memahami makna batin al-Quran (selain daripada makna zahir yang boleh dipelajari dari tulisan para Imam –imam mufassirin yang terkenal seperti Ibn Kathir , al-Qurtubi dll) , had dan mathla’nya. 4 dimensi al-Quran ini pula melambangkan pendedahan tentang rahsia alam nasut (makna zahir) , alam malakut (makna batin) , alam jabarut ( hadd) dan alam lahut ( mathla’). Dalam makam-makam dan waktu tertentu ahli Sufi ini akan diajari oleh salah seorang dari 25 nabi-nabi a.s . Itu sebabnya Ibn Arabi menulis kitab Fusus al-Hikam untuk menerangkan dan menghuraikan hikmah-hikmah para anbiya’ tersebut untuk ahli Sufi akan datang kerana hikmah mengatasi ilmu pengetahuan manusiawi. Dia dapat dengan inayah Allah s.w.t mengosongkan jiwanya untuk menerima hikmah ini kerana ilmu kenabian dan wilayah adalah ilmu yang tidak berdasarkan akal melainkan diganti oleh Allah s.w.t dengan akal Qur’ani , bukan akal biasa yang berfikir mengikut hukum fizik ( sebab musabab).
Diantara bukti atau tanda kenaikan maqam seseorang ahli Sufi ialah penerimaan khirqah (jubah) atau mungkin burdah (serban atau kain penutup kepala) . Ini selalunya diterima atau disampaikan oleh gurunya daripada orang lain . Dengan memakainya dia akan dapat bertabarruk dan dapat mengalami hal (keadaan) orang yang pernah memakainya – contohnya dapat melihat cahaya Dzat Allah s.w.t seperti yang dialami Nabi Musa a.s . Penyingkapan lain antaranya ialah mengalami dan menyelami zaman.
Malaysia Cheap Web Hosting